Senin, 25 Maret 2019

Ryudzaki Athaya

Postingan terakhir di blog ini adalah tentang kehamilan dan sharing semangat untuk temen-temen yang masih dalam penantian buah hati.

wah ternyata udah lebih dari setahun nggak posting ya, hehe...
monmaaappppp wahai tekad diri yang terabaikan!

banyak hal yang terjadi. ingin rasanya menuliskan banyak pelajaran lewat blog ini. tapi ya gitu deh, kadang keinginan tak selaras dengan energi yang dimiliki, :D

menjalani tiga bulan LDR dengan suami, yaitu sejak usia kehamilan memasuki bulan ketujuh, kami memutuskan untuk berjauhan sampai anak kami lahir. alasannya karena takut kalau harus melahirkan di perantauan tanpa pendampingan keluarga, terutama orang tua. selain itu, suami yang sibuk bekerja membuat si ibu hamil yang mood swingnya maasyaallah, berpikir kalau yang terbaik adalah memulangkan sementara istrinya ke rumah orang tua, hehe.. awalnya sih gitu. tapi yang terjadi ya si ibu hamil malah lebih moody, dilanda kangen gak abis-abis sama suami haha..

bukan cuman kerjaan yang mengharuskan suami tetep tinggal di Malang, tapi juga kuliah yang sedang ada dalam fase PPL. nggak mungkin ditinggal. mau nggak mau, kami hanya bertemu tiga atau empat minggu sekali. mengingat ongkos malang - tasikmalaya, sangat tidak murah ups!

satu hal yang cukup menakutkan adalah melahirkan tanpa didampingi suami. karena namanya proses lahir, kadang gak terprediksi kan ya. makanya ketika sudah menginjak usia kehamilan sembilan bulan, saya sering khusyu mengafirmasi kalau kelahiran putra kami akan terdampingi ayahnya. saya sering ngajak ngobrol janin juga tak lupa berdoa dalam setiap shalat.

Ketika suami pulang di minggu ke 40, dan hanya bisa stay di rumah untuk satu minggu saja, kami genjot hal-hal yang bisa mempercepat kelahiran mulai dari couple yoga ala-ala, jalan pagi lebih jauh, jalan sore, pijat oksitosin, dan tentu "aktifitas" yang juga dilansir bisa menstimulasi bayi turun ke jalan lahir.

dan alhamdulillah intensitas usaha yang dilakukan, berbuah manis.

saya ingat betul, suami melakukan pijat oksitosin kurang lebih sejam. sampai saya tertidur. Pukul 22.00 saya ingin buang air kecil, dan ternyata sudah ada bercak darah. Dengan santai saya bilang ke mama dan suami. Suami bingung dan mama langsung panik meminta bersiap ke klinik.

saya santai karena memang tidak terasa kontraksi atau rasa sakit waktu itu. Pkl. 23.00 kami sampai di klinik. dan bidannya bilang kalau saya masih bukaan 2. Eh, ternyata masih sangat awal. akhirnya kami diminta pulang dulu.

karena berpikir jarak dan akses kendaraan, ya karena kami tidak punya mobil jadi mengandalkan grab, berpikir akan beresiko kalau pulang. akhirnya saya mengikuti saran mama untuk menunggu bukaan sambil istirahat di tempat saudara. saya yang awalnya santai senyam senyum tiba-tiba overwhelmed dengan sakit bertubi-tubi. Duh, ternyata ini yang namanya sakit kontraksi. suara aplikasi @bidankita udah nggak mempan menenangkan diri. suara suami apalagi. ah, sakitnya tak tergambarkan. begini salah, begitu salah.

Pukul 02.00 pagi, darah sudah banyak keluar. akhirnya kami menuju klinik. karena cukup dekat, kami menuju klinik dengan berjalan kaki. saya, suami, dan mama sibuk komat kamit baca ayat kursi, karena berpikir takut hantu hahaha.. iya, karena mindset kami itu malam jumat, padahal sudah jumat pagi. duh konyol!

di setengah jalan, gerbang klinik sudah terlihat, saya tiba-tiba tidak sanggup lagi berjalan rasanya. akhirnya suami yang belum tidur sama sekali sejak magrib, harus menggendong istrinya yang berbobot 67kg haha.. one of konyol moment, suami yang pakai bomber berbahan licin juga saya berjaket parasut, membuat aktifitas gendong menggendong tak berjalan mulus. beberapa kali berhenti hanya untuk memastikan si istri dan bayi di kandungan tidak jatoh melorot.

sampai di klinik, bu bidan langsung cek bukaan. jeng jeng jeng sakit sesakit itu ternyata baru bukaan EMPAT !!!!! frustrasi rasanya.

saya menolak pulang, memilih menunggu di klinik saja. saya dan suami berjalan kesana kemari. melakukan gerakan-gerakan pemicu oksitosin. dan sampai saya tidak kuat lagi bergerak. Alhamdulillah dicek, sudah bukaan 8.

Ya, pain endurance saya memang rendah. banyak merengek. mama, suami, sampai bu bidan sibuk memijat. suami beberapa kali saya ketusi, mama yang terus-terusan nawarin makan sama minum juga saya tolak dan jutekin (ya masa lagi sakit gitu suruh lahap makan), bidan pun terus menerus berusaha menenangkan.

Skill of mengejan saya pun kurang. yang akhirnya membuat janin distress. sudah keluar masuk lagi. akhirnya ketika bu bidan mengambil tabung oksigen, saya berpikir ini udah dalam posisi "emergency" untuk bayi. dalam hati saya berkata "Ya Allah kondisi saya urusan nanti, mampukan saya kuat mendorong bayi keluar. selamatkan anak saya Yaa Allah..!"

1..... 2..... 3.....
akhirnya bayi berhasil keluar. saya berteriak Allahuakbar! sambil menangis. suami dan mama juga berteriak takbir dan alhamdulillah.







Setelah itu lanjut melakukan proses IMD (inisiasi menyusu dini). Air mata terus mengalir, ketika melihat bayi mungil bergerak-gerak di atas dada,  Allah! jadi ini anak saya.

moment mengharukan, yang kemudian terjeda karena melihat bidan sibuk menjahit jalan lahir. ah, bu kenapa harus ada kegiatan jahit menjahit di saat mengharukan ini hahaha..






Jumat, 21 September 2018 - Pkl. 04.00, Ryudzaki Athaya terlahir ke dunia. Terima kasih Allah. Terima kasih banyak.