Kamis, 13 Februari 2014

Ah, dasar manusia!

Adakah hidupku lebih sulit dibanding hidup orang lain? Atau sebaliknya?
atau...
Adakah hidup mereka lebih indah dibanding hidupku? Atau mungkin sebaliknya?
atau...
Kehidupan siapa yang lebih layak untuk diinginkan?

*
Sederet perbandingan kehidupan seringkali hadir tanpa diundang dalam keseharian kita. Pertanyaan yang seolah membenarkan bahwa kehidupan seseorang lebih mudah dari orang lainnya. Kehidupan satu lebih membahagiakan dibanding dengan kehidupan lainnya. Hingga sampai pada sebuah kesimpulan bahwa kehidupan seseorang adalah kehidupan impian setiap orang.
Ilustrasi yang tidak seharusnya terjadi, tapi seringkali tercatat di alam bawah sadar seseorang, bahkan sampai menjadi sebuah keyakinan.

*
Jika sudah diyakini bahwa kita layak membandingkan tingkat kemudahan, kesulitan, dan kebahagiaan antara satu kehidupan dengan kehidupan lainnya. Lalu bagaimana dengan keyakinan kita bahwa Tuhan itu Maha Adil?
Dan bagaimana dengan sebuah keyakinan bahwa satu-satunya yang perlu disyukuri adalah kehidupan itu sendiri.

Ah, dasar manusia!

*
Berhentilah tergiur dengan sketsa euphoria semata. Sungguh, kehidupan tidak hanya tentang mengejar dan mendapatkan candu-candu yang semarak mengundang gelak tawa dan pesta. Cintailah kenyataan bahwa satu-satunya yang layak ditinggikan adalah kenyataan dalam senja dan mimpi di setiap pagi yang kita miliki; bukan atap langit ataupun taman bumi milik orang lain.

*

...rasanya tak pantas mencederai kesempurnaan hidup kita dengan keinginan memiliki hidup orang lain. Nyatanya, tak ada hidup yang lebih sulit ataupun lebih mudah. Tuhan tak sebercanda itu memasangkan sebuah takdir atas sebuah kehidupan."


- Bandung, 13 Februari 2014.

Senin, 10 Februari 2014

KEYEUP IS MY GANK!

Pernah ngerasain susah move on? Yakin deh, hampir pasti, semua pernah ngerasainnya. Kalau disurvei, susah move on dari pacar itu pasti menduduki nomor wahid, juaraaa umum keknya.
But, see me! Sampe sekarang si aku masih sungguh sangat susah move on dari Keyeup – my gank. Hiks.. Heiii! I’m serious. Bukan susah move on dari mantan apalagi gebetan, tapi dari mereka semua. These are Keyeup. I miss them so badly.. T.T

kiri ke kanan: hasyonk, pionk, malcok, uly (Me), oozh, qisthi, anis. ^^





Ngomong-ngomong soal move-on, berkaitan erat dengan kehilangan, kepergian, disakiti, menyakiti, atau perpisahan. In my case, yang terakhir itu alasannya. Kami dipaksa berpisah. Dipisahkan oleh masa studi yang berakhir, mudik ke tempat masing-masing, menata masa depan masing-masing, nyari jodo masing-masing (untuk yang satu ini emang nggk boleh rebutan, hehe...), merelakan diri masing-masing untuk menjalani kehidupan baru sebagai orang dewasa. Sigh!

Sebelum lanjut cerita, i’ll put some notes: aku termasuk orang gengsian, tapi entahlah Keyeup ini bisa meruntuhkan kegengsian ini. Dan menggiringku untuk mempublikasikan tulisan bernada kerinduan mendalam kek gini. Tapi yaaa mereka di  somewhere out there bisa jadi merasakan perasaan yang lebih akut malahan, :p
**
Malem ini entah malem keberapakalinya ngerasain kangen akut sama mereka. Dan akhirnya daripada depresi, aku tulis aja semua memori yang mengikat di otak ini. Nggk semua denk, sebagian kecil aja tepatnya. Kalau semua memori tentang kami ditulis, nggk akan kuat jari jemari ini mengetiknya, huoooooo~
***
Keyeup! Nama yang absurd untuk gank perempuan di era modern  abad century ini. Ada yang tau artinya apa? Keyeup itu bahasa sundanya Yuyu, modelnya kek kepiting tapi body-nya agak minimalis gitu lah nyak, sukanya idup di selokan. Kek ginilah kurang lebih. Cekidot!
Singkatnya: masih belum jelas kenapa milih nama itu. Yang jelas ada beberapa laskar keyeup yang berfilosofi keyeup bisa nyembuhi berbagai penyakit akut, keyeup bisa disingkat key-up: kunci kenaikan, keyeup nggk mainstream, dan banyak lagi, dan semuanya NGARANG. Haha.. but we’re all enjoy those fake philosophy.. :D
**
Kami jadian #eh bareng-bareng maksudnya sudah hampir tujuh tahun, sejak 2007. Kalau cerita tentang sejarahnya, bakalan lama. Lagian, kurang suka ngomongin sejarah, hehe..
Banyak hal yang sudah dijalani, bersama. Dari kebersamaan yang sudah dilewati kami banyak menciptakan filosofi-filosofi hidup yang kadang fiktif belaka, kekonyolan yang luar biadab, saling menunjukkan kehebatan, saling menertawakan, traveling, backpacking, kerja kelompok juga sering, mengikuti mentoring (red. Kajian keagamaan), dan banyak lagi yang nggk bisa dibahasain. There’s a lot of memorable things...
**

Here they are..
#1 Anis

Dari anis, aku banyak belajar tentang bagaimana jadi perempuan yang baik-baik. Bisa dikatakan, anis ini adalah laskar keyeup yang paling waras jasmani dan rohani. Beberapa keyeup memanggilnya “mama anis” bukan karena dia tua, tapi karena sosoknya yang keibuan. Hal-hal positif hampir abis sama laskar keyeup yang satu ini.
*) Btw kenapa daritadi aku sebut ‘laskar’ ya? Ah biarin lah, masa iya nyebut ‘anggota atau peserta keyeup. Kurang greget lah. Biar aja lah biar serada gagah, laskar keyeup. Jangan pada protes lho ya!
Lanjut lagi. Tentang anis, arti kata ‘baik’ itu bukan formalitas. Anis banyak ngajarin kebaikan tanpa menggurui. Syukurlah masih terselip makhluk yang hati dan otaknya bercahaya di tengah-tengah kekacauan gank kami – Keyeup. Anis jarang keliatan panik, hampir nggk pernah ngerepotin orang, lembut tapi mandiri, kalo deket anis berasa ada di mesjid: tenang rasanya. I Heart u so, anis..
Lanjut ke..

#2 Lia – Hasyonk.

Lia yang hampir selalu dipanggil hasyonk ini keyeup yang paling ababil kali ya. #eh. Kenapa ababil? Karena dialah satu-satunya keyeup yang kalau suka sama sesuatu itu sumpah ya, kayak orang kecanduan. Dulu waktu kami S1, mahasiswa lho, tapi dia bisa kecanduan K-Pop. Dan parahnya dia menularkan candunya itu ke seluruh gank. Aku juga hampir aja kena, dan kena akhirnya. Tapi bisa segera bertobat. Selain itu, yang terbaru dia suka sama motif apalah itu kek bunga-bunga vintage. Sama juga kyak kecanduan. Hadeuuh.. tapi ya itulah dia. Dia juga termasuk keyeup yang paling lucuuu sedunia, Sule aja bisa kalah lucu sama laskar keyeup yang satu ini. Apalagi kalau udah berpose ala model, atau berperan jadi penyanyi dangdut. Nendang Gan! Hahaa.. Dan dari dia, aku belajar tentang bagaimana menikmati hidup, belajar enaknya jadi anak kecil, dan menyukai hal-hal yang nggk formal. Semoga kehidupanya selalu dilimpahkan segala candu yang baik-baik. Sebuket sayang untuk kamu, Shyonk.
Lalu..
#3 Mala
Mala ini sering dipanggil malcok di periode terakhir-terakhir, hhi.. laskar keyeup yang satu ini penggila warna ungu. Kadang aku mikir  kalau dia ini salah pilih warna kesukaan. Karena gara-gara suka ungu ini kali ya dia masih aja jomblo ampe sekarang. Bwhahahahaa... Piiiss Cok.. ^^)v 
Ganti warna gih. Bwehehehe..
Hmmm.. laskar satu ini nggk ada yang ngalahin keras kepalanya. Hadeuh, entahlah harus pake apa biar kepalanya agak lentur dikit aja. Tapi di balik kekeraskepalaannya, dia temen yang baik, berjiwa melayani. Bisa dikatakan, teman yang siaga. Kapanpun kita minta anter, pasti mau. Dan paling rajin traktir. Berarti loe paling tajir donk cok? Wah waah waaah, kok baru  nyadar gini ya. -__-
Satu lagi, dari laskar yang satu ini aku belajar berani nekad. Saking nekadnya dia berani memutuskan ikut jadi pejuang SM3T. Really proud of you! Hug.. puk puk!
Kemudian tentang...
#4 Oozh
Namanya outstanding ya? Itu nama panggungnya, nama aslinya Rosna. Nama aslinya emang kurang gimana gitu ya, haha..
Temen yang bisa ngebuat kita tampil seadanya, yang rela jadi pendengar setia meskipun ceritaku membosankan, yang bakalan jadi orang yang ngerasa sakit juga pas aku patah hati, yang nggk pernah bisa nolak keinginan atau pendapatku. Temen yang paling setia kawan. Oozh serupa baby sitter yang dikasih Tuhan secara gratis, nggk pernah komplain, jarang banget ngeluh. Inilah dia sosok yang banyak ngajarin aku tentang menjadi anak baik-baik, nurut sama orang tua, menjadi anak teladan, memberi pengabdian tanpa pamrih, dan kuat dalam pengorbanan. love you ozh!
dan tentang....
#5 Pionk

Hmmm... pionk itu kek profesor buat aku. Dia banyak ngajarin gimana ngejalanin idup yang bener. Usianya mngkn boleh jadi lebih muda, tapi dia tau gimana caranya idup yang seharusnya. Selama kenal, nggk pernah aku liat dia marah. Dari laskar yang satu ini aku belajar kesederhanaan, hidup yang bijak, setia kawan, sabar, ketulusan, dan kuat dalam kesendirian. Ah jadi pengen nangis aja deh, kenapa juga yaaa... ZzzZzzz...
Tapi jangan salah, dibalik hal-hal yang serius di atas, dia ini ahli konyol yang luar biasa. Loading lama untuk ngerti hal-hal absurd, banyak lah yang di luar pemikiran manusia normal tentang standar normanya, bwahahaha..
Miss you so much, yonk!

Sampe ke..

#6 Qisthi
Fiuh.. ini laskar keyeup yang alfabet inisialnya paling akhir. Qisthi.. seringkali kita manggil dia Qisya (Qisthi syarappp). Pernah denger tagline “be your self”? Nah, orang inilah yang sepanjang hidup aku paling bisa jadi diri sendiri, dimanapun kapanpun sama siapapun. Cuman dia yang fanatik suka warna orange, dari underwear #upz maap, sampai kerudung warna orange! Dan cuman dia yang nggk pernah berusaha pake topeng-topeng pencitraan. Dari kegilaan-kegilaan dia aku belajar tentang kerennya jadi diri sendiri. Terlepas dari itu, hidup yang dia jalani membuat laskar keyeup yang satu ini super duper kuat. Dan dia keknya termasuk laskar keyeup yang jarang banget ngeluh. Ah, entah dia nyadar apa nggk, aku punya kekaguman tersendiri sama dia. Ya, kagum uly sama qisti. (cocwiiiiiiiiiittt #ihiiiirr)

***
Basah deh matanya. Bukan sedih, tapi kangennya emang lagi akut. Mereka berenam lebih dari temen. Merekalah orang-orang pertama yang ingin kukabari apapun yang penting dalam hidupku setelah keluarga. Merekalah orang-orang yang tanpa diminta akan menyediakan diri untuk membasuh sepi. Sumpah, beruntung punya mereka. 
Nothing’s perfect, but all of them perfect my life.
Tentang move on, sama sekali nggk mau move on dari kalian.
Semoga kita bisa kumpul lagi, melakukan kedonoan-kedonoan baru yang lebih fresh dan outstanding. Mmmmmuuuaachhh..!!!


Secarik Surat Cinta

Hai sayang, assalamu’alaikuum...

Hmm...
Sayang, terima kasih banyak sudah membawa cerita cinta kita sampai ke pernikahan. Tanpa keseriusan dan keberanian kamu sebagai lelaki yang mengaku cinta sama aku, tak mungkin ada pernikahan ini, tak mungkin ada akad nikah yang kita lewati tadi.

Aku – resmi jadi istri kamu sekarang. Istri sayang, bukan lagi pacar, kekasih, apalagi sekedar gebetan.
Aku perempuan yang mulai dari sekarang adalah makmum kamu tidak hanya ketika shalat, tapi ketika menjalani keseluruhan hidupnya. Perempuan yang menjadi tanggungjawab kamu tidak hanya di dunia, tapi juga kelak di akhirat. Perempuan yang sejatinya adalah pelayan kehidupanmu.

Perempuan yang menggadaikan seluruh dirinya untuk menjalani kehidupannya sama kamu. Perempuan yang akan selalu berusaha menjadi kepulangan ternyaman dan terindah. Perempuan yang akan selalu berusaha menjadi penenang kala kamu resah, penyelamat syahwatmu, ratu tersantun di ruang tamu, pembantu terbaik di dapur, dan pel*cur terliar ketika di kamar.
Perempuan yang insyaallah akan menjadi ibu untuk keturunanmu, menjadi madrasah pertama bagi mereka. Perempuan yang akan selalu berusaha tampil baik, cantik, dan menarik di hadapan kamu sayang.
Perempuan yang patuh dan taat dalam perintahmu, selama perintahmu itu tak melanggar syari’at Agama Allah. Perempuan yang mengerahkan seluruh kemampuannya untuk dapat menjadi istri yang shaliha.  Ya, itulah aku sekarang sayang.
Dengan penuh keyakinan aku memilih jalan ini, menjalani sisa hidupku untuk mendampingimu. Memilihmu untuk menjadi pemimpin jiwa di kehidupan ini.

Kamu – Suamiku sekarang. Ya, nama yang akan pertamakali kuingat kala aku berada jauh dari rumah. Seseorang yang menjadi imamku. Seseorang yang mulai hari ini menafkahi lahir dan batinku. Lelaki yang akan kulihat berlelah-lelah membela kebahagiaan keluarganya. Orang yang pertamakali akan kuhubungi ketika kutemui masa-masa senang dan sulit.

Orang yang pertamakali aku minta perlindungannya ketika aku merasa tidak aman. Orang terhebat dan terkuat. Lelaki yang tak sungkan merawatku ketika aku sakit. Lelaki yang akan kulihat sebagai sosok yang tak pernah berhenti menjaga dan menyayangi aku dan anak-anaknya kelak.
Lelaki yang insyaallah menjadi ayah dari anak-anak yang kulahirkan. Lelaki yang akan menjadi panutan bagi kami para makmumnya. Lelaki berani yang tak pernah mundur membela kebahagiaan anak dan istrinya. Lelaki setia penyayang keluarga. Lelaki yang akan menentukan surga atau neraka bagi keluarganya.
 Lelaki yang tak segan memarahiku kala ku langgar perintah agama Allah. Lelaki yang tak akan bisa tidur nyenyak sebelum tuntas tanggungjawabnya.
Lelaki yang berani menukar kesenangan pribadinya dengan tanggungjawab mulia di hadapan Allah. Kamu sayang, lelaki yang tidak hanya menyayangi, tapi juga yang akan menjamin kehidupan dunia dan akhirat keluarga kita.

Sayang, sudah cukup lama kita saling kenal. Banyak tema sudah kita bicarakan dan diskusikan. Tapi, sadarilah sayang, 
aku dan kamu hanyalah manusia biasa. Manusia yang sudah pasti miliki kekurangan dibalik segala kelebihan yang Allah anugerahkan. Terimalah aku dengan segala keterbatasanku, pun aku akan selalu belajar untuk tidak enggan menerima segala kekurangan kamu – suamiku.

Tentang cinta, kita sudah sering bahasakan. Sudah hampir selalu kita ungkapkan satusama lain. ya, kita memulai semuanya dengan cinta. Dan kita sama-sama akan menjalaninya dengan penuh cinta. Tentang pertengkaran, kita pun tak kalah hebat. Kita sudah ahli bertengkar. Saling membenturkan ego masing-masing. Tidak jarang aku yang terlalu egois. Pun kamu pernah menjadi sosok yang tak mau kalah. Tapi kita kembali untuk cinta itu.

Tentang mimpi, banyak mimpi-mimpi besar yang kita punya. Baik sebelum maupun setelah kita bersama. Sayang, aku ingin menjadi katalisator untuk mimpi-mimpi itu. Dengan penuh keyakinan aku berdoa dan melakukan sesuatu yang kubisa untuk mewujudkan setiap mimpi kita. Aku melakukan semua itu, karena kamu pun nampak melakukan hal yang sama. Keluarga kecil yang ceria-bahagia, backpacking keliling Indonesia, mengasuh anak-anak, punya yayasan pendidikan, lembaga beasiswa, bisnis, sekolah ke luar negeri, liburan keliling dunia, makan di restoran rilakuma di Jepang,  menaikhajikan orang tua kita, umroh bareng, dan banyaak lagi... kamu membuatku tidak segan mengungkapkan semua mimpi-mimpi itu. Thanks for that, honey. I know that you have been trying so hard to be comforted at this way.. hehe..  (Peluklah mimpi-mimpi kami dengan pengabulan terbaik ya allah.. amiin ya jabbaaru ya rahmaan rahiim...)

Tentang kita, ya. Tentang kita benar-benar dimulai sejak penghulu menyatakan kita SAH jadi suami dan istri. Sayang, jadikan aku yang tercantik yaa. Jangan ada wanita yang lebih cantik dari aku lho. Tetap  manjakan aku seperti saat kita pacaran dulu, itu akan jadi pupuk kekuatan cinta kitaa.. Jangan buat aku terlalu sering cemburu. Kalau aku udah lulus terus kita hidup bareng, nanti kita lanjut pacaran episode 3 yaa..
Aku sayang kamu dengan seluruh jiwaku. Dan aku tahu kalo kamu juga pasti sayang sama aku kaaaan?
Hehe...

Selamat menempuh hidup baru sayang ya. Mari kita buat catatan sejarah terindah.




Menikah dan Pernikahan

Pernikahan. Sebuah kata yang sangat tidak asing di masyarakat kita. Tak perlulah rasanya kita membahas definisi pernikahan menurut KBBI, UU Pernikahan, atau landasar teoritik lainnya, karena yang ingin aku bahas adalah tentang sebuah persepsi pribadi. Persepsi yang bisa juga kusebut sebuah refleksi pengantin baru, hehe...

**

Di tulisanku beberapa hari lalu aku menuliskan campur aduknya perasaan setelah berstatus sebagai istri. Mungkin tulisan yang judulnya "to be a good wife" itu serada aneh, ya memang begitulah adanya.. :))
Pernikahan yang hari ini berusia satu bulan lima hari menggiringku pada sebuah perenungan tentang pernikahan. dan betapa ingin aku berbagi. jeng jeng jeng jeeeeng... semoga ada sedikit manfaat di tulisan ini. yuk cekidot!

**

#0 Awalnya aku takut menikah....

Ya, sebelumnya aku termasuk perempuan yang begitu takut menikah karena fenomena perceraian. Perceraian orang tua dan beberapa saudara-saudaraku memberikan gambaran kelam tentang pernikahan. Diperkuat lagi dengan banyak kasus perceraian yang dipublikasikan di tv-tv nasional kita.
'Ketika pacaran seolah takkan pernah putus, ketika menikah mengapa sebegitu mudah memutuskan bercerai?' kurang lebih itu pertanyaan yang seringkali muncul. Di infotainment banyak artis yang mengungkap statement cliche, semisal: "kami sudah tidak ada kecocokan lagi"; "terdapat perbedaan prinsip" dan bla bla bla. ungkapan-ungkapan pembenaran. 

Ketakutan inilah  yang mendorongku untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang pernikahan. jujur saja, aku tertarik dengan tema 'pernikahan' sejak usia 21 tahun. referensi agama, psikologi pernikahan, referensi sosial, dan banyak lagi campur aduk di otakku, ada yang melemahkan juga menguatkan ketakutan yang kurasakan. dulu aku sering sok tahu menganalisis bahwa penyebab perceraian itu bisa jadi gara-gara: laki-laki dan wanita memang kurang mampu menampilkan diri yang apa adanya, jadi pas nikah ya shock satu sama lain, menolak untuk mengerti, apalagi menerima. Selain itu bisa juga gara-gara perjodohan, atau mungkin gara-gara ada cinta pelarian di salah satu pihak, dan banyak analisis lain yang kebanyakan ‘ngawur’ hehe.. maklum modal sok tahu thok.

Tapi ada satu hal yang menjadi sebuah keyakinan, setidaknya sampai aku memutuskan untuk berani menikah. Satu hal itu adalah kegagalan rumah tangga akan terjadi ketika tidak ada pemimpin yang baik. Aku sudah memandang pernikahan bak sebuah organisasi yang akan kacau ketika pimpinannya tidak tahu arah, tidak mengerti SOP berorganisasi, mudah goyah, mudah patah. Lebih parah lagi ketika pemimpin dihadapkan pada anggota yang jauh lebih kuat. Ya, mungkin itu analisis yang paling aku anggap benar. Keyakinan ini yang akhirnya mempengaruhi caraku mencari pasangan hidup.
#1 Pasangan Hidup
Pasangan hidup, seringkali disebut istri dan suami. Ini adalah point pertama yang super duper penting dalam sebuah pernikahan. Dalam Islam, mempelai pria & wanita juga diposisikan sebagai rukun nikah, atau sesuatu yang membatalkan pernikahan kalau tidak dipenuhi. Ya iyalaaah.. kalo nggk ada salah satu ya gimana ceritanye? *LOL*
Ada beberapa kriteria yang aku tetapkan. Bukan dalam rangka ‘sok-pilih-pilih’. Aku hanya melakukan tindakan preventif alias pencegahan terhadap potensi kekisruhan rumah tangga. Kriterianya: laki-laki normal, berjiwa kepemimpinan, bertanggung jawab, dan tidak merokok. Nggk aneh-aneh kan? Ya, selebihnya kalo boleh aku ingin laki-laki yang humoris, ngobrolnya nyambung, ganteng juga gak apa-apa. Masalah kaya miskin aku bukan tipe yang tergiur dengan itu, karena dolar bisa kita cari bareng-bareng setelah nikah. Percaya atau nggk, kriteria ini sudah aku tetapkan sedari SMA kelas 2, long long time ago bukan?!
Kriteria ini yang secara tidak sadar mengarahkan sikapku pada setiap laki-laki yang ‘mendekati’. Alhamdulillah, sepanjang sejarah aku tidak pernah punya pacar yang merokok, meskipun sebagian besar mantanku yang yaaa berjiwa keanggotaan bukaan kepemimpinan, haha.. #jokes!
Pencarian panjang akhirnya dijawab Allah dengan pertemuan jodoh dengan teman baikku. I married my best friend, gitulah kira-kira. Segala puji bagi Allah, yang memberiku pasangan hidup yang lebih dari ekspektasiku. Suamiku memenuhi kriteria yang aku tetapkan: laki-laki normal, berjiwa kepemimpinan, bertanggung jawab, dan tidak merokok. Plus bonusnya banyaaaaaak.. 
Kenapa harus ada kriteria? Jelas harus! Karena pasangan hidup adalah partner kita melewati apapun yang terjadi dalam hidup kita, seumur hidup! Bukan seminggu, sebulan, setahun, atau sewindu thok. Seumur hidup! 
we are married for life.

#2 Niat – fix ur will!
Niat menikah akan melemahkan atau menguatkan pernikahan itu sendiri. Kalau niat menikah untuk memenuhi tuntutan sosial, maka pernikahan akan dipelihara selama sosial menuntut begitu. Hambar mungkin rasanya. Ketika niat menikah gara-gara takut kehilangan pacar yang cantik/gantengnya minta ampun, maka pernikahan akan menjadi sebuah keposesifan belaka. Ketika niat menikah adalah karena terlanjur tua, maka penghargaan terhadap pernikahan itu pun menjadi sangat sepele. Dan niat-niat lain.

Banyak pasangan yang menikah dengan niat membangun romantisme tiada berujung. Kalau sudah menikah kan enak, mesra-mesraan jadi halal, manggil umi-abi, suap-suapan, sun tangan pas suami kerja, dan adegan-adegan manis lainnya. Setelah menikah, ternyata tidak semua adegan semanis itu bukan? Jawabanku: iya. Ketika niat kita tidak tepat, maka hanya akan ada frustrasi ketika harus menjalani adegan-adegan pernikahan yang di luar ekspektasi. Muncullah pertanyaan-pertanyaan semisal: kok dia beda ya? Kok suamiku nggk romantis ya? Eh kok dia nggk nyuapin aku lagi sih? Ooooh come on, it’s reality. Banyak agenda penting lainnya dalam pernikahan ini guys.

Bukan sentimentil apalagi dilarang membayangkan yang indah-indah tentang pernikahan. Yang ingin aku bagi disini adalah kesadaran akan kompleksitas kehidupan pernikahan. Banyak yang akhirnya lemah karena hanya terfokus pada indah-indahnya. Shock ketika suami gajinya minus, menyesal ketika ternyata suaminya tidak seromantis yang diharapkan.

Pernikahan itu indah. Indah bukan kepalang. Aku pun merasakannya. Banyak yang bilang, menikahlah biar banyak rejeki. Itu jelas haditsnya. Ada lagi yang bilang, menikah itu menyatukan dua sumber rejeki lho. Nambah keluarga. Nambah yang merhatiin. Setuju!

Tapi satu hal yang jarang disebut-sebut, ketika menikah kita pun akan menghadapi pertambahan masalah. Yang asalnya kita bisa fokus ke masalah kita saja, setelah menikah masalah hidup pun jadi double lho. Tanggung jawab jadi double pula. Nah, jangan jadi takut gitu donk. Ini aku ungkapkan bukan buat nakut-nakutin nikah. Kerangka berpikir yang realistis sudah harus dikedepankan. Niat yang kurang tangguh, akan melahirkan pasangan-pasangan lemah kala menghadapi realita ini. So, niatkan bahwa menikah itu adalah proses belajar yang panjang untuk meningkatkan kualitas diri. Menikah adalah romantisme yang juga dibalut oleh keunikan masalahnya tersendiri. Jadi, harus kuat dulu niatnya ya....
Dan bagi muslim niat terbaik menikah adalah ibadah. Apapun yang dihadapi jadi bernilai ibadah. Enaknya jadi ibadah, nggk enaknya juga jalan ibadah. Semoga kita benar-benar memasuki pernikahan dengan niat terbaik ini ya guys, amiin.

#3 Kampanye Menikah Muda!
Ini refleksi terakhir di tulisan kali ini. Asli guys, sangat direkomendasikan menikah muda. Aku nggk akan terlalu membahas bahaya pacaran, de el el. Kalian juga udah pada ahli tentang ini.
Terlepas dari itu, alasan kenapa harus menikah muda adalah biar kita bisa cepat memulai. Lebih cepat dimulai berumah tangga, lebih cepat pula kita belajar. Lebih cepat belajar, lebih cepat juga berhasilnya toh?
Kalimat di atas memang sangat kampanye, hehe..

Tapi let me explain about the reason.
Usiaku cenderung tidak muda lagi saat memutuskan menikah. Beberapa bulan lagi menginjak 26 tahun. Ya udah well-done untuk menikah lah ya... (kyak steak aja, pake well done segala, haha..) Dari aspek kepribadian, aku sudah cukup ‘terbentuk’. Aku sudah menjadi seseorang yang menentukan arah, berprinsip, berpandangan kokoh terhadap berbagai hal, dan hal-hal lain yang sudah “terbentuk”. Jadi ibarat adonan kue, seusiaku ini sudah jadi kue yang bentuknya jelas (misal: bulet, persegi, oval). Berbeda dengan usia yang 20 tahun misalnya, kecenderungannya masih fleksibel dan mudah untuk diarahkan.

Nah, udah tahu belum arahnya kemana? Hehe..

Kalau dalam pernikahan, laki-laki dan perempuannya itu sudah ‘terbentuk’ dua-duanya. Posisinya laki-laki harus menjadi sosok yang memimpin. Namun bagaimana kalau si istri sudah ‘terbentuk’ sebagai sosok yang tidak suka dipimpin? Ini yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Perempuan menjadi sama dominannya dengan laki-laki dalam rumah tangga, tidak jarang bahkan lebih dominan dari suaminya. Banyak istri yang dengan mudah menyatakan “saya biasa begini” atau “saya bisa melakukan semuanya sendiri”  dan lainnya. Semoga kita diselamatkan dari kaum perempuan yang ‘terbentuk’ seperti itu. Amiin.
Meskipun tidak jarang, semakin matang, perempuan tumbuh menjadi makhluk yang paling bijaksana. Sekali lagi, ini adalah analisis subjektifku dalam rangka pencegahan saja. Karena aku juga termasuk orang yang sepakat, bahwa kadang usia hanyalah masalah angka. Kedewasaan dan pemaknaan hidup seringkali tidak berkorelasi positif dengan angka usia.
Tapi, yaa kalau memang sudah siap, kenapa ditunda?
Aku pun menyesal mengapa tidak dari dulu menyatakan siap. Karena learning by doing selalu lebih menyenangkan dan lebih bermakna dibanding learning by reading or listening only.


***
Semoga bermanfaat. Maaf kalau banyak yang ngaco. Maklum masih penganten baru, hihihi... 




Sabtu, 08 Februari 2014

to be a good wife

Inilah episode baru.

Kehidupan yang menyuguhkan sajian peran baru sebagai seorang istri. Peran mulia seorang wanita, yang terhubung langsung tanggungjawabnya dengan Tuhan.

Sebelumnya, aku memang sudah banyak mendengar, membaca, bahkan berdiskusi tentang peran istri dan banyak hal tentang kehidupan rumah tangga. Usia pernikahan yang baru berusia 12 hari telah memperlihatkan satu per satu hal yang cukup membuatku terkejut, excited, juga bingung. Ya, kurang lebih begitu.

Aku banyak terkejut ketika menemukan beberapa perbedaan cara pandang dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata tidak hanya hal prinsip yang mampu memunculkan perdebatan, hal sederhana seperti intonasi berbicara, kebiasaan menyimpan baju kotor pun bisa menimbulkan percikan konflik. Selain itu, aku kerapkali dikejutkan dengan sikap suami yang luar biasa membuatku semakin naksir, kagum, dan terpesona. Menjalani hari-hari berdua dengan penuh ketenangan, damai, dan bahagia.

Excited, kata yang kurasa pas untuk menggambarkan rasa bersemangat-senang ketika bersama dan melayani suami. Menyiapkan baju kerja, menyiapkan sarapan, shalat berjamaah, nonton tv misalnya. Hal-hal sederhana yang sebelumnya kupikir akan biasa saja, ternyata tidak sebiasa itu. Ah, mungkin ini yang dinamakan indahnya pernikahan. Istri memasak, suami menyukai masakannya. Istri bermanja-manja, suami memanjakan. Suami kelelahan, istri siap melayani sekalipun hanya memberikan segelas air putih. Saling mengingatkan shalat. Diimami pria yang dicintai itu ternyata menambah kesyukuran kita dan mempertegas misi hidup untuk berjuang bersama dalam ridha Tuhan. Subhanallah walhamdulillah..

Tapi masih ada beberapa kebingungan...
Bingung menerka bahasa nonverbal suami. Masih merasa kaku menyesuaikan diri dengan peran sebagai seorang istri. Latar belakangku yang cukup independen, membuatku kesulitan untuk selalu berada di belakang suami. Tapi kebingungan ini yang membuatku terus belajar, belajar, dan belajar lagi agar semakin mampu menjadi wanita shaliha.

Begitulah, semua terus berdinamika menuju titik yang harmoni. Intinya, sampai kapanpun hidup adalah tentang belajar. Terima kasih Tuhan untuk segala kesempatan belajar yang Engkau karuniakan. 
Riau, 16 Januari 2014