Senin, 10 Februari 2014

Secarik Surat Cinta

Hai sayang, assalamu’alaikuum...

Hmm...
Sayang, terima kasih banyak sudah membawa cerita cinta kita sampai ke pernikahan. Tanpa keseriusan dan keberanian kamu sebagai lelaki yang mengaku cinta sama aku, tak mungkin ada pernikahan ini, tak mungkin ada akad nikah yang kita lewati tadi.

Aku – resmi jadi istri kamu sekarang. Istri sayang, bukan lagi pacar, kekasih, apalagi sekedar gebetan.
Aku perempuan yang mulai dari sekarang adalah makmum kamu tidak hanya ketika shalat, tapi ketika menjalani keseluruhan hidupnya. Perempuan yang menjadi tanggungjawab kamu tidak hanya di dunia, tapi juga kelak di akhirat. Perempuan yang sejatinya adalah pelayan kehidupanmu.

Perempuan yang menggadaikan seluruh dirinya untuk menjalani kehidupannya sama kamu. Perempuan yang akan selalu berusaha menjadi kepulangan ternyaman dan terindah. Perempuan yang akan selalu berusaha menjadi penenang kala kamu resah, penyelamat syahwatmu, ratu tersantun di ruang tamu, pembantu terbaik di dapur, dan pel*cur terliar ketika di kamar.
Perempuan yang insyaallah akan menjadi ibu untuk keturunanmu, menjadi madrasah pertama bagi mereka. Perempuan yang akan selalu berusaha tampil baik, cantik, dan menarik di hadapan kamu sayang.
Perempuan yang patuh dan taat dalam perintahmu, selama perintahmu itu tak melanggar syari’at Agama Allah. Perempuan yang mengerahkan seluruh kemampuannya untuk dapat menjadi istri yang shaliha.  Ya, itulah aku sekarang sayang.
Dengan penuh keyakinan aku memilih jalan ini, menjalani sisa hidupku untuk mendampingimu. Memilihmu untuk menjadi pemimpin jiwa di kehidupan ini.

Kamu – Suamiku sekarang. Ya, nama yang akan pertamakali kuingat kala aku berada jauh dari rumah. Seseorang yang menjadi imamku. Seseorang yang mulai hari ini menafkahi lahir dan batinku. Lelaki yang akan kulihat berlelah-lelah membela kebahagiaan keluarganya. Orang yang pertamakali akan kuhubungi ketika kutemui masa-masa senang dan sulit.

Orang yang pertamakali aku minta perlindungannya ketika aku merasa tidak aman. Orang terhebat dan terkuat. Lelaki yang tak sungkan merawatku ketika aku sakit. Lelaki yang akan kulihat sebagai sosok yang tak pernah berhenti menjaga dan menyayangi aku dan anak-anaknya kelak.
Lelaki yang insyaallah menjadi ayah dari anak-anak yang kulahirkan. Lelaki yang akan menjadi panutan bagi kami para makmumnya. Lelaki berani yang tak pernah mundur membela kebahagiaan anak dan istrinya. Lelaki setia penyayang keluarga. Lelaki yang akan menentukan surga atau neraka bagi keluarganya.
 Lelaki yang tak segan memarahiku kala ku langgar perintah agama Allah. Lelaki yang tak akan bisa tidur nyenyak sebelum tuntas tanggungjawabnya.
Lelaki yang berani menukar kesenangan pribadinya dengan tanggungjawab mulia di hadapan Allah. Kamu sayang, lelaki yang tidak hanya menyayangi, tapi juga yang akan menjamin kehidupan dunia dan akhirat keluarga kita.

Sayang, sudah cukup lama kita saling kenal. Banyak tema sudah kita bicarakan dan diskusikan. Tapi, sadarilah sayang, 
aku dan kamu hanyalah manusia biasa. Manusia yang sudah pasti miliki kekurangan dibalik segala kelebihan yang Allah anugerahkan. Terimalah aku dengan segala keterbatasanku, pun aku akan selalu belajar untuk tidak enggan menerima segala kekurangan kamu – suamiku.

Tentang cinta, kita sudah sering bahasakan. Sudah hampir selalu kita ungkapkan satusama lain. ya, kita memulai semuanya dengan cinta. Dan kita sama-sama akan menjalaninya dengan penuh cinta. Tentang pertengkaran, kita pun tak kalah hebat. Kita sudah ahli bertengkar. Saling membenturkan ego masing-masing. Tidak jarang aku yang terlalu egois. Pun kamu pernah menjadi sosok yang tak mau kalah. Tapi kita kembali untuk cinta itu.

Tentang mimpi, banyak mimpi-mimpi besar yang kita punya. Baik sebelum maupun setelah kita bersama. Sayang, aku ingin menjadi katalisator untuk mimpi-mimpi itu. Dengan penuh keyakinan aku berdoa dan melakukan sesuatu yang kubisa untuk mewujudkan setiap mimpi kita. Aku melakukan semua itu, karena kamu pun nampak melakukan hal yang sama. Keluarga kecil yang ceria-bahagia, backpacking keliling Indonesia, mengasuh anak-anak, punya yayasan pendidikan, lembaga beasiswa, bisnis, sekolah ke luar negeri, liburan keliling dunia, makan di restoran rilakuma di Jepang,  menaikhajikan orang tua kita, umroh bareng, dan banyaak lagi... kamu membuatku tidak segan mengungkapkan semua mimpi-mimpi itu. Thanks for that, honey. I know that you have been trying so hard to be comforted at this way.. hehe..  (Peluklah mimpi-mimpi kami dengan pengabulan terbaik ya allah.. amiin ya jabbaaru ya rahmaan rahiim...)

Tentang kita, ya. Tentang kita benar-benar dimulai sejak penghulu menyatakan kita SAH jadi suami dan istri. Sayang, jadikan aku yang tercantik yaa. Jangan ada wanita yang lebih cantik dari aku lho. Tetap  manjakan aku seperti saat kita pacaran dulu, itu akan jadi pupuk kekuatan cinta kitaa.. Jangan buat aku terlalu sering cemburu. Kalau aku udah lulus terus kita hidup bareng, nanti kita lanjut pacaran episode 3 yaa..
Aku sayang kamu dengan seluruh jiwaku. Dan aku tahu kalo kamu juga pasti sayang sama aku kaaaan?
Hehe...

Selamat menempuh hidup baru sayang ya. Mari kita buat catatan sejarah terindah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar