Senin, 27 April 2020

Corona: Pil Pahit Dunia!

Malam ini banyak hal berkejar-kejaran di kepala saya. Jantung seperti berdegup lebih kencang. Kantuk tak kunjung datang. Gelibetan di kasur is not the good choice. Ketika saya bertanya ke diri saya, "kamu kenapa?" saya tidak bisa menjawab. 
Cemas Berlebihan, Waspadai Penyakit Gangguan Kecemasan
source: halodoc.com

Aha! ternyata saya sedang cemas. Cemas adalah reaksi psikologis tanpa objek spesifik. Jadi orang cemas emang harus merelease kecemasannya dengan cara yang beda-beda. Mungkin kamu sama seperti saya, harus menulis mungkin. Atau ada juga yang me-release-nya dengan menggambar, nyanyi, jogging, masak, dan banyak lagi. 

Nah, ternyata saya nggak sendirian. Kala si corona virus menyebalkan ini mewabah, dilaporkan oleh banyak artikel ilmiah dan juga pemberitaan media, kalau orang semakin banyak yang merasakan kecemasan. Bahkan katanya ada yang sampai level depresi. Waw! 

Kok bisa? Jelas bisa! Karena kembali lagi, si wabah ini datang tiba-tiba tanpa 'assalamu'alaikum' atau sekedar berkata 'Hai!' gitu. Kayak tiba-tiba ada orang dateng, tanpa permisi ngasih pil pahit, kita harus mangap, lalu kita telen. Gimana nggak stres coba?!

Selama lebih dari sebulan ini, saya mengamati lewat sosmed, tv, artikel, dan juga refleksi pengalaman sendiri; setidaknya krisis-krisis ini yang terjadi dan nyata kita alami - selain kesehatan yaa. 

1. Perekonomian

Weekly global economic update | Deloitte Insights
source: delloite.com
Saham anjlok sampai sempat -30%. Pertumbuhan ekonomi dunia sampai minus juga, meskipun katanya Indonesia hanya mengalami penurunan tapi tetap bisa bertahan (aminin aja ya, kan kita orang Indonesia). Daya beli masyarakat turun drastis. Investor pada cabut. Angka pengangguran naik signifikan. Anggaran pemerintah konon banyak yang dipindahalokasikan ke sektor-sektor yang terdampak langsung oleh wabah ini. Ya, bisa kita lihat pemberitaan betapa giat Kemensos membagikan bantuan, pun dengan tataran Pemda banyak melakukan kebijakan strategis untuk menyelematkan perekonomian negara yang megap-megap. Allah, bantu Indonesia Yaa Allah.

2. Krisis di kalangan pebisnis dan wirausahawan

Do you have what it takes to be an entrepreneur? - NEDC NEDC
source: nedc.info
Pebisnis atau para entrepreneur, baik dari kalangan bisnis kecil, menengah, sampai atas kena dampaknya! Saya dengar dari Budi Isman (business coach) melalui IG Live salah satu start-up bisnis, kalau wabah corona ini memang yang terparah, karena bukan hanya satu dua sektor saja yang kena dampaknya, tapi hampir seluruh sektor kehidupan. Perekonomian bukan hanya turun, tapi aktifitas perekonomiannya seperti lumpuh dipaksa tidak berjalan. 

Contohnya suami saya yang bisnis di dunia training. Bisnisnya tergolong baru dan memang masih beroperasi offline. Tiba-tiba harus cancel banyak event, banyak dicancel oleh pihak-pihak yang sudah menjadwalkan training. Alamaaak! Hancur dunia persilatan kan. 

Contoh lain yang real terjadi di belahan negeri lainnya: produsen pakaian yang sudah kadung berproduksi dan berekspektasi akan memanen keuntungan di bulan ramadhan, tentu menangis, karena siapa yang berpikir beli baju (kalaupun ada nggak sebanyak dalam situasi normal tanpa wabah). Orang sibuk mengamankan kebutuhan dasar, bukan?

Ada juga bisnis makanan yang siap-siap membuka gerai di Ramadhan sudah sewa ruko dan properti lainnya. Mengingat di bulan Ramadhan, banyak orang dan komunitas akan buka bersama. Harus gigit jari, menunda impian, berusaha ikhlas merugi. Pahit Jendral!

Belum lagi pedagang-pedagang kecil yang mengandalkan penghasilan dari hari ke hari. Harus memeluk diri sendiri karena lockdown wilayah di mana-mana. Di satu sisi ingin mengindahkan himbauan pemerintah untuk #dirumahaja, di sisi lain tak berdaya menatap keluarga lapar. 
Bahkan cerita pilu keluarga menahan lapar berhari-hari, hanya mengenyangkan diri dan keluarganya dengan air putih, terjadi di masa pendemik ini. 

3. Finansial Rumah Tangga

15 Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga dengan Gaji Kecil Bagi Ibu ...
source: klubwanita.com
Finansial pada level keluarga tentu beragam. Ada yang aman-aman saja karena tabungan berlimpah, ada yang tidak punya tabungan tapi masih berpenghasilan tetap, ada  yang kebingungan mengelola pendapatan yang kadung minus akibat cicilan, ada yang jauh lebih bingung karena tak ada yang didapat untuk membeli kebutuhan. 

Bukan satu dua cerita, banyak ibu-ibu menggadaikan alat masak ke tetangga untuk membayar SPP anak dan juga cicilan-cicilan tupperware yang belum lunas. Ada yang kena PHK lalu bingung membayar cicilan rumah dan kendaraan yang kadung di DP. Banyak lagi cerita-cerita pilu yang benar-benar seperti aneh tapi Nyata!

4. Kesehatan mental

Tidak Ada Hubungan Langsung Antara Kesehatan Mental dengan Tingkat ...
source: google.com

Dari poin satu sampai tiga, mungkin jadi salah satu faktor yang membuat kesehatan mental orang menjadi tidak baik-baik saja. Sebagian merasakan gangguan mood, stres, cemas, susah tidur, gangguan makan, sampai level parahnya ada yang mengalami depresi hingga paranoia. 

selain kondisi-kondisi terkait finansial dan perekonomian, kita memang sudah diliputi cemas akan penyakit yang ditimbulkan oleh virus corona itu sendiri. 

Banyak ibu menjadi stres karena takut anaknya kena, takut suaminya yang kerja di bandara kena. Banyak orang tua menjadi lebih kesepian karena harus semakin membatasi interaksi dengan anak dan keluarga. Banyak remaja merasa bosan karena ruang gerak yang terbatas. Anak-anak kecil tentu meronta ingin bermain sebebas sebelumnya. Lalu rewel di rumah, kembali ibu bapak stres, hehe...

Yah, ini terjadi, di setiap rumah. 

Ada juga yang karena harus #dirumahaja lalu semakin intens mendapat KDRT, anak melihat orang tua kerap kali bertengkar, tentu ini tidak mudah untuk dihadapi. 

5. Pendidikan

Pengertian PENDIDIKAN Adalah: Manfaat, Fungsi, Definisi, Makna, Tujuan
source: romadecade.com
Kalau sebelumnya homeschooling adalah pilihan untuk orang-orang tertentu. Gara-gara si corona, semua menjadi learn from home, school from home, homeschooling bersama ayah ibu. Tujuan pemerintah menggalakkan kebijakan tersebut adalah agar aktifitas dan kegiatan pendidikan tidak lumpuh dan tetap bisa berjalan. 

Faktanya, krisis terjadi di sana. Tugas yang diterima anak nyaris bisa dibilang menumpuk keterlaluan. Orang tua menjadi turut stres karena tidak terbiasa mendampingi anak belajar seintensif sekarang. Pelajar seperti digempur banyak hal tidak menyenangkan: tugas menumpuk, tidak bertemu teman, tidak bisa nongkrong di warung atau di cafe, tidak bisa main bebas, plus lebih sering kena marah mama papa di rumah. Semoga kalian diberi kekuatan dan kemampuan bak superhero ya, Nak! 

Terus kita harus gimana?


Wait, kita iklan dulu.
Sebelum kita lanjut obrolin hal-hal yang mungkin bisa menolong kita bertahan. Seenggaknya masih bisa menikmati sisi terang di ruang kecil bernama jiwa. 



Corona and the story goes..

Hello, Long time no see..!
Banyak sekali yang sudah terjadi belakangan ini ya. 

And here we go, cuap cuap kali ini akan sangat random. serandom pikiran terkurung karena sudah hari ke-42 #dirumahaja, melakukan segalanya dari rumah, dan membatasi interaksi secara fisik dengan orang lain. 

PLAY or STAY (home) – Staying safe while keeping sane - Sun Peaks ...
source: google.com
Sebetulnya, saya nggak begitu keberatan untuk tinggal di rumah berhari-hari bahkan berminggu-minggu, untuk si introvert diem di rumah itu seperti sedang mengisi daya diri hehe..
Tapi ketika diam di rumah dengan alasan seperti sekarang, siapapun pasti tidak akan terlalu nyaman, ya?

Wabah Corona atau Covid-19 ini serupa suatu hal yang aneh tapi nyata. Memporakporandakan sebagian besar aspek kehidupan. Gilanya, wabah ini tergolong pendemik, mengglobal, tak pandang bulu tak juga memandang kasta. Rakyat jelata, pejabat, atlet, hingga aktor hollywood bisa kena. Hmm... mungkin ini wujud dari disruption sesungguhnya. Chaos, kacau, seketika!

source: kba one via google

Ya, rasanya seketika sih. alias insidental, tiba-tiba, kayak ditinggalin pas sayang-sayangnya #eh nggak nyambung ya.

Bayangin aja, saya inget terakhir ngajar di kelas itu Jumat, 13 Maret 2020. Isu corona ini memang sudah muncul sejak Januari lalu ketika mewabah hebat di Provinsi Wuhan China. Sejak Januari, pemberitaan Corona di Wuhan juga cukup mengerikan. Angka pasien meninggal fantastis. Tapi ketika menonton pemberitaan di Wuhan, saya pribadi merasa 'ah gak mungkin deh sampe ke Indonesia, sampe ke Yogyakarta tempat saya tinggal'

Minggu 15 Maret udah rame wacana work from home. Dan ya, Senin 16 Maret fix surat edaran di berbagai institusi termasuk tempat saya bekerja memberlakukan kebijakan kerja dari rumah alias work from home, belakangan terkenal dengan istilah WFH. Selain itu, sekolah-sekolah mulai diliburkan. Pemerintah yang asalnya senyap, kemudian transparan merelease angka-angka positif corona. Mulai dari pasien positif pertama di Depok, terus berlanjut hingga hari ini sampai di angka sembilan ribu. Tuhaaaan....

Kalau kembali flashback ke Januari kala virus ini mewabah di Wuhan, masih tidak percaya, sekarang Yogyakarta dan beberapa daerah sudah dinyatakan sebagai red zone atau zona dengan tingkat penyebaran tinggi. 

Kalian ngerasain hal yang sama nggak sih? 

Dampak Corona, jangan ditanya! Segala sektor kena imbas. Serupa pil pahit yang dibagiin masal. Kita-tanpa kecuali siapa, seperti diminta untuk bertahan, menjaga diri, dan terus berprasangka baik sama ketetapan Tuhan.

Kita obrolin ini di next artikel ya https://yulinurmalasari.blogspot.com/2020/04/corona-pil-pahit-dunia.html, biar nggak capek matanya. Iklan dulu hehe...

See you ! 


Stay safe, healthy, and happy !