Selasa, 17 Oktober 2017

Analisa kepribadian lewat tulisan?


source: empower institute documentation
Teknik analisa kepribadian melalui tulisan dikenal dengan istilah Grafologi.


Apa itu Grafologi?

Grafologi mungkin tidak asing bagi para mahasiswa, praktisi, akademisi pada keilmuan Psikologi. Tapi artikel ini saya buat untuk yang sama sekali baru mengetahui atau mendengar istilah Grafologi.

Sebelumnya, saya mau share beberapa pendapat aneh dan lucu yang saya pernah dengar langsung:

  • Analisa kepribadian lewat tulisan, kok bisa? Ah paling itu ilmu hitam. ((( O MY GOOOOOOSH!)
  • Ketika ditawari pelatihan, jawabannya saya juga bisa kok analisa lewat tulisan. Caranya tinggal puasa dan beberapa ritual yang membuat jin bisa membantu kami melakukan itu. (((OOOOO WHAAATTT???)
  • Analisa kepribadian melalui tulisan diidentikan dengan ramalan (((JENG JENG JENG!!!)))


Saya pribadi, sebenarnya tidak terlalu mendalami ilmu ini. Dulu ketika kuliah (S1 Bimbingan dan Konseling) pernah mempelajari ini karena tugas kuliah asesmen kepribadian. Dan itu hanya 2 SKS saja hehe...

Tetapi setelah suami saya mengikuti sertifikasi Grafologi, yakni mengambil lisensi Grafologi dari KAROHS International Handwriting Analysis USA, saya jadi kecipratan ilmunya. Kalau lagi pengen, buka-buka modul dan bebas tanya-tanya karena semua modul menggunakan Bahasa Inggris, kadang suka gagal paham, haha..

Grafologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata Graph yang berarti tulisan atau menulis dan kata Logos yang berarti ilmu. Grafologi dapat diartikan sebagai teknik analisa kepribadian seseorang melalui tulisan. Grafologi merupakan cabang dari ilmu psikologi yang biasanya terintegrasi dalam mata kuliah psikografik atau psikodiagnostik.

Grafologi merupakan ilmu yang ilmiah (scientific). Mengapa demikian? Alasannya, tulisan tangan juga dikenal sebagai tulisan otak (brain writing) Tulisan tangan berasal dari otak manusia, sehingga menghasilkan buah pikiran dan tergambar melalui perilaku (kepribadian) manusia.

   
         BRAIN + PERSONALITY = GRAPHOLOGY



Dr.Erika M, Karohs International School of Handwriting Analysis menjelaskan Grafologi sebagai suatu metode asesmen kepribadian melalui tulisan tangan yang sudah teruji dan diteliti dengan baik. Pikiran manusia memiliki gabungan yang unik dari karakter dan akumulasi pengalaman-pengalaman hidupnya. Tulisan tangan merefleksikan hal tersebut secara konstan. Tidak ditemukan dua sampel tulisan yang sama. Asesmen grafologi membantu para profesional dalam konseling dan psikologi (sumber: KAROHS International School of Handwriting analysis)

Agak panjang kalau kita bahas sejarah dan dasar keilmuan Grafologi. Sebenernya semua sudah dirangkum secara epic melalui modul-modul pelatihan yang biasa suami saya adakan, tenang modulnya dalam bahasa indonesia kok (jadi kalau mau tahu lengkapnya, bisa ikut aja pelatihannya, biar lebih afdhol, hehe..)

Jadi intinya, grafologi itu sebuah teknik analisa kepribadian ilmiah melalui tulisan. Bukan hanya tulisan tangan, karena bagi saudara-saudara kita yang menulis menggunakan kaki pun, masih bisa dianalisa karena sumber dari goresannya berasal dari otak.

Apa sih sebenarnya yang dianalisa? Tulisannya atau content tulisannya?

Yang dianalisa oleh grafolog (sebutan orang yang terlisensi dalam bidang Grafologi) adalah tulisannya, bukan content (isi) tulisannya. Unsur-unsur goresan yang dianalisa pun banyak sekali, mulai dari karateristik bentuk huruf per huruf, kemiringan, ketebalan, margin kiri, margin kanan, dan banyak lagi. Bahkan untuk level tertentu grafolog bisa memberikan laporan asesmen berupa skor numerik sekaligus deskripsi hasil analisa berlembar-lembar (makin penasaran? ikut aja pelatihannya, buktikan aja seru dan manfaatnya ilmu ini.)

Lalu apa saja yang diungkap melalui tulisan ?

Secara umum, hasil analisa bisa menunjukkan potensi sekaligus hambatan yang ada dalam diri kita. Secara spesifik, hasil analisa bisa juga menunjukkan kecenderungan tingkat intelegensi, keterampilan sosial, minat, bakat, kecenderungan perilaku dalam kelompok, kecenderungan kita memilih relasi/teman, dorongan-dorongan diri, dan banyak lagi.

Kalau bisa Grafologi, Gunanya untuk apa sih?

Manfaat dan kegunaan Grafologi sebenarnya banyak. Memang tidak bisa dijadikan satu-satunya alat asesmen kepribadian. Tapi untuk beberapa kondisi, grafologi sangat bisa dijadikan pilihan.

Grafologi bisa banget jadi alat bantu untuk Guru/Dosen untuk mengenali siswa-siswanya, bisa untuk need-asessment bagi para Guru BK/Konselor, untuk pimpinan dalam merekrut anggota, HRD untuk merekrut karyawan, marketing untuk mengenali kecenderungan kepribadian calon klien, untuk profiling calon klien. Untuk hubungan (relationship), grafologi bermanfaat untuk mengenali pola komunikasi, baik itu pasangan, atau pun partner kerja.

Selain itu, untuk orang tua (parenting), grafologi dapat digunakan untuk mengenali minat dan bakat anak. Sehingga anak bisa diarahkan dengan cara dan bidang yang sesuai. Kalau udah sesuai, anak enak berkembang pesat, ibu pun senang.

True story yang saya alami sendiri, sekarang suami saya jadi lebih memahami saya itu senangnya apa dan tidak senang kalau bagaimana. Dia menjadi lebih sensitif terhadap pola komunikasi yang saya sukai. Dia dapat menangkap pola kepribadian seperti saya harus diperlakukan bagaimana. Sure, it amaze me so much!

Beberapa klien suami saya, minta dianalisa kepribadiannya bersama calon pasangannya. Tujuannya bukan untuk menentukan jadi atau tidak jadi menikah. Tapi untuk mengungkap kepribadian satu sama lain, sehingga mampu menyiapkan diri untuk memperlakukan pasangan dengan tepat. At least, meminimalisasi eror dan kesalahpahaman, ya kaaan?

Eh, udah segitu dulu ya, khawatir kepanjangan. Kalau mau panjang-panjang, ikut workshopnya aja. Biasanya suami saya mengadakan workshopnya sebulan sekali. bahkan untuk area Kota Malang, temen-temen bisa ambil kelas privat lho.

Untuk yang mau daftar atau tanya-tanya, klik aja link ini: bit.ly/085222333798
Atau mampir ke fanpage FB kantor yang memuat lebih banyak testimoni lagi: www.facebook.com/EmpowerInstituteID

Salam saling sayang & saling memahami !

your sister,
Uly.

Selasa, 10 Oktober 2017

Remaja zaman NOW butuh kita

Akhir-akhir ini saya cukup punya banyak waktu untuk berkelana di dunia maya. Mulai dari media-media sosial, blog walking, cek trending di you tube, baca-baca artikel online, cek berita terkini. Ada nuansa khawatir di benak saya, muncul keresahan demi keresahan rasanya.

Ada apa dengan negeri ini?

Oke, mungkin terlalu luas kita berbicara negeri, negara. Siapa saya membicarakan lingkup seluas itu. Toh, yang terblow-up pun hanya segelintir fenomena saja, bukan? Tapiii.... sayang sekali, saya menjadi semakin resah karena ‘segelintir fenomena’ tersebut banyak terjadi di sekitar kita. Here and now, disini dan sekarang. Dari list di bawah ini, bahkan mungkin sudah kita alami sendiri, atau sudah kita lihat ada pada keluarga kita.
        
  • Hate speech semakin tidak terkendali. Mudahnya menghakimi.
  • Mudah sekali menghujat karya orang lain, sedangkan si penghujat belum menelurkan satu pun karya. Hujatan dan komentar asbun itu bukan karya, hei!
  • Terlalu mudah memutuskan untuk ikut campur urusan orang lain.
  • Remaja, semakin semangat mempercantik citra diri secara fisik. Lupa mengembangkan diri.
  • Semakin banyak orang dewasa (bahkan- tua) yang tak tahu bedanya bagaimana bertingkah di dunia maya.
  • Orang sekolah dan tidak sekolah semakin tak terlihat bedanya. Pendidikan tinggi tidak lagi menjamin seseorang terdidik.
  • Anak kecil pacaran seolah akan menikah besok? Anak-anak sudah mengerti bagaimana mengekspresikan cinta pada lawan jenis?
  • Banyak yang diklaim influencer di sosial media, hanya karena postingan foto yang sophisticated. Remaja tergiring mengikuti. Orang tua lupa mendampingi. Terjebak sudah. Lupa nilai-nilai penting yang seharusnya ditumbuhkan untuk bekal hidup.



Sampai pada sebuah kalimat: 
Remaja, anak muda, pelajar, generasi penerus bangsa, hidupmu tak bisa biasa. Kuatlah! Karena tantangan zaman bukan semakin berkurang, terus menerus bertambah, entah dari mana saja, entah berupa apa saja, nantinya.

Ya, jika saya ditanya apa yang paling dikhawatirkan saat ini? saya mengkhawatirkan para remaja. Mereka sedang diteror oleh hal-hal yang seolah menyenangkan, padahal sangat membahayakan.

Tempo hari, ketika saya dan suami pergi ke sebuah kafe di daerah Kota Batu, duduk santai kami dikejutkan oleh kedatangan sekelompok anak SMP yang masih berseragam. Tidak ada yang salah dengan itu. Yang salah dan membuat kepala kami pusing seketika adalah beberapa dari mereka dengan santai merokok. Beberapa berpacaran tanpa canggung di tempat umum. Kalau di tempat umum saja mereka bisa melakukan itu, bagaimana di tempat yang tak ada satupun orang dewasa di situ?

Pikiran saya melayang ke beberapa tahun lalu, sekitar enam tahun yang lalu. Saat saya menjalani kuliah praktik lapangan di sebuah SMP di Bandung. Banyak siswa berkonsultasi, mulai dari masalah belajar, pertemanan, keluarga, hingga percintaan. Jujur, semuanya membuat kami para praktikan terkaget-kaget. Sekompleks itu ya masalah anak SMP?

Apalagi ketika menceritakan masalah percintaan, seolah ada pertaruhan masa depan yang dramatis. Kami ingin sekali mengatakan: masa depanmu masih panjang, jangan urus cinta-cintaan dulu sih nak. No! Saat itu kami tidak memilih untuk mengatakan itu, karena kami paham, realita bukan yang ada di luar mereka tapi yang ada di pikiran mereka. Sekuat tenaga, kita sebagai makhluk yang lebih dulu hidup di bumi, harus rela memasuki realita yang mereka punya, untuk kemudian kita ajak ke realita yang sesungguhnya. Prosesnya panjang dan memang cukup melelahkan.

Kita orang dewasa mungkin secara logisa akan menjudge: mereka ini melebih-lebihkan deh, Lebay !

Terlepas dari masalah yang mereka ceritakan sepenuhnya sesuai dengan kenyataan atau tidak, tapi artinya mereka sudah punya referensi berpikir ala orang dewasa, kan? Ya, berpikir ala orang dewasa, dan tidak bersikap sesuai usianya.

Begitulah kita, manusia, akan selalu menghadapi tantangan pada dua zona: fase perkembangan dan perkembangan zaman.

Sesuatu yang harus disadari oleh semua orang dewasa adalah ada banyak perkembangan zaman yang tidak bisa diselesaikan hanya oleh waktu. Dulu, mungkin mudah saja menghindari interaksi dengan lawan jenis. Karena kalau tidak ketemu ya sudah. Tapi di zaman sekarang, setiap detik semua orang dapat terhubung. Akses informasi menjadi tak terbatas. Akses komunikasi seolah tanpa batas. Mereka punya 1001 cara untuk belajar, tapi mereka pun punya 1001 cara untuk mengelabui orang dewasa.

Tantangan zaman kini memang bukan main, dan tidak bisa kita anggap main-main. Percaya, mereka butuh kita. Remaja-remaja itu butuh pengaruh orang-orang dewasa. Butuh kepedulian. 
So, please, jangan tambah carut marut ini dengan tingkah kekanak-kanakan kita sebagai orang dewasa.

Setidaknya, berhitung sampai 10 detik ketika akan menyampaikan kalimat demi kalimat, ketika akan berkomentar, ketika akan update status, ketika akan menghujat dan menghakimi, ketika akan membagikan informasi, ketika akan mengklik “share” di sosial media. Berhitung dan pastikan bahwa semuanya akan memberikan dampak baik: kalau tidak informatif, ya edukatif, atau setidaknya menghibur orang yang melihat dalam konteks yang postif.


Sudah saatnya kita ciptakan lingkungan yang menyeimbangkan ketimpangan arus yang saat ini ada. Lebih baik kita memilih komentar-komentar yang positif, postingan yang membangun, dan menjadi teladan meski hanya lewat postingan-postingan sederhana.
Tulisan ini diposting sebegini adanya. Hanya ajakan dari seorang yang penuh kekhawatiran, ditujukan untuk makhluk dewasa yang sudah seharusnya hidup penuh kendali. Juga untuk semua remaja yang tidak dibenarkan hidup tanpa kendali. Mari saling peduli!


Tulisan ini dibuat dalam kondisi resah luar biasa, setelah melihat rekaman seorang siswi mabuk di Bogor. Menjadi viral. Hal yang akan membuat si anak malu entah sampai kapan. Dan entah dengan apa ia menghilangkan rasa malunya. Semoga ada orang dewasa yang tahu bagaimana mengarahkan tanpa serta merta mencemooh dan mengucilkan saja.


Alih-alih merekam lalu menshare ke sosial media, mengapa tidak kau tolong anak itu untuk pulang atau aman di sebuah tempat tertutup saja? Bagaimana kalau anak itu adalah anakmu, adikmu, atau keluarga yang sangat ingin kau tutupi aib-aibnya?

Regards,
your sister-Uly.