Selasa, 10 Oktober 2017

Remaja zaman NOW butuh kita

Akhir-akhir ini saya cukup punya banyak waktu untuk berkelana di dunia maya. Mulai dari media-media sosial, blog walking, cek trending di you tube, baca-baca artikel online, cek berita terkini. Ada nuansa khawatir di benak saya, muncul keresahan demi keresahan rasanya.

Ada apa dengan negeri ini?

Oke, mungkin terlalu luas kita berbicara negeri, negara. Siapa saya membicarakan lingkup seluas itu. Toh, yang terblow-up pun hanya segelintir fenomena saja, bukan? Tapiii.... sayang sekali, saya menjadi semakin resah karena ‘segelintir fenomena’ tersebut banyak terjadi di sekitar kita. Here and now, disini dan sekarang. Dari list di bawah ini, bahkan mungkin sudah kita alami sendiri, atau sudah kita lihat ada pada keluarga kita.
        
  • Hate speech semakin tidak terkendali. Mudahnya menghakimi.
  • Mudah sekali menghujat karya orang lain, sedangkan si penghujat belum menelurkan satu pun karya. Hujatan dan komentar asbun itu bukan karya, hei!
  • Terlalu mudah memutuskan untuk ikut campur urusan orang lain.
  • Remaja, semakin semangat mempercantik citra diri secara fisik. Lupa mengembangkan diri.
  • Semakin banyak orang dewasa (bahkan- tua) yang tak tahu bedanya bagaimana bertingkah di dunia maya.
  • Orang sekolah dan tidak sekolah semakin tak terlihat bedanya. Pendidikan tinggi tidak lagi menjamin seseorang terdidik.
  • Anak kecil pacaran seolah akan menikah besok? Anak-anak sudah mengerti bagaimana mengekspresikan cinta pada lawan jenis?
  • Banyak yang diklaim influencer di sosial media, hanya karena postingan foto yang sophisticated. Remaja tergiring mengikuti. Orang tua lupa mendampingi. Terjebak sudah. Lupa nilai-nilai penting yang seharusnya ditumbuhkan untuk bekal hidup.



Sampai pada sebuah kalimat: 
Remaja, anak muda, pelajar, generasi penerus bangsa, hidupmu tak bisa biasa. Kuatlah! Karena tantangan zaman bukan semakin berkurang, terus menerus bertambah, entah dari mana saja, entah berupa apa saja, nantinya.

Ya, jika saya ditanya apa yang paling dikhawatirkan saat ini? saya mengkhawatirkan para remaja. Mereka sedang diteror oleh hal-hal yang seolah menyenangkan, padahal sangat membahayakan.

Tempo hari, ketika saya dan suami pergi ke sebuah kafe di daerah Kota Batu, duduk santai kami dikejutkan oleh kedatangan sekelompok anak SMP yang masih berseragam. Tidak ada yang salah dengan itu. Yang salah dan membuat kepala kami pusing seketika adalah beberapa dari mereka dengan santai merokok. Beberapa berpacaran tanpa canggung di tempat umum. Kalau di tempat umum saja mereka bisa melakukan itu, bagaimana di tempat yang tak ada satupun orang dewasa di situ?

Pikiran saya melayang ke beberapa tahun lalu, sekitar enam tahun yang lalu. Saat saya menjalani kuliah praktik lapangan di sebuah SMP di Bandung. Banyak siswa berkonsultasi, mulai dari masalah belajar, pertemanan, keluarga, hingga percintaan. Jujur, semuanya membuat kami para praktikan terkaget-kaget. Sekompleks itu ya masalah anak SMP?

Apalagi ketika menceritakan masalah percintaan, seolah ada pertaruhan masa depan yang dramatis. Kami ingin sekali mengatakan: masa depanmu masih panjang, jangan urus cinta-cintaan dulu sih nak. No! Saat itu kami tidak memilih untuk mengatakan itu, karena kami paham, realita bukan yang ada di luar mereka tapi yang ada di pikiran mereka. Sekuat tenaga, kita sebagai makhluk yang lebih dulu hidup di bumi, harus rela memasuki realita yang mereka punya, untuk kemudian kita ajak ke realita yang sesungguhnya. Prosesnya panjang dan memang cukup melelahkan.

Kita orang dewasa mungkin secara logisa akan menjudge: mereka ini melebih-lebihkan deh, Lebay !

Terlepas dari masalah yang mereka ceritakan sepenuhnya sesuai dengan kenyataan atau tidak, tapi artinya mereka sudah punya referensi berpikir ala orang dewasa, kan? Ya, berpikir ala orang dewasa, dan tidak bersikap sesuai usianya.

Begitulah kita, manusia, akan selalu menghadapi tantangan pada dua zona: fase perkembangan dan perkembangan zaman.

Sesuatu yang harus disadari oleh semua orang dewasa adalah ada banyak perkembangan zaman yang tidak bisa diselesaikan hanya oleh waktu. Dulu, mungkin mudah saja menghindari interaksi dengan lawan jenis. Karena kalau tidak ketemu ya sudah. Tapi di zaman sekarang, setiap detik semua orang dapat terhubung. Akses informasi menjadi tak terbatas. Akses komunikasi seolah tanpa batas. Mereka punya 1001 cara untuk belajar, tapi mereka pun punya 1001 cara untuk mengelabui orang dewasa.

Tantangan zaman kini memang bukan main, dan tidak bisa kita anggap main-main. Percaya, mereka butuh kita. Remaja-remaja itu butuh pengaruh orang-orang dewasa. Butuh kepedulian. 
So, please, jangan tambah carut marut ini dengan tingkah kekanak-kanakan kita sebagai orang dewasa.

Setidaknya, berhitung sampai 10 detik ketika akan menyampaikan kalimat demi kalimat, ketika akan berkomentar, ketika akan update status, ketika akan menghujat dan menghakimi, ketika akan membagikan informasi, ketika akan mengklik “share” di sosial media. Berhitung dan pastikan bahwa semuanya akan memberikan dampak baik: kalau tidak informatif, ya edukatif, atau setidaknya menghibur orang yang melihat dalam konteks yang postif.


Sudah saatnya kita ciptakan lingkungan yang menyeimbangkan ketimpangan arus yang saat ini ada. Lebih baik kita memilih komentar-komentar yang positif, postingan yang membangun, dan menjadi teladan meski hanya lewat postingan-postingan sederhana.
Tulisan ini diposting sebegini adanya. Hanya ajakan dari seorang yang penuh kekhawatiran, ditujukan untuk makhluk dewasa yang sudah seharusnya hidup penuh kendali. Juga untuk semua remaja yang tidak dibenarkan hidup tanpa kendali. Mari saling peduli!


Tulisan ini dibuat dalam kondisi resah luar biasa, setelah melihat rekaman seorang siswi mabuk di Bogor. Menjadi viral. Hal yang akan membuat si anak malu entah sampai kapan. Dan entah dengan apa ia menghilangkan rasa malunya. Semoga ada orang dewasa yang tahu bagaimana mengarahkan tanpa serta merta mencemooh dan mengucilkan saja.


Alih-alih merekam lalu menshare ke sosial media, mengapa tidak kau tolong anak itu untuk pulang atau aman di sebuah tempat tertutup saja? Bagaimana kalau anak itu adalah anakmu, adikmu, atau keluarga yang sangat ingin kau tutupi aib-aibnya?

Regards,
your sister-Uly.

2 komentar:

  1. Jaman sekarang rentan sekali dengan contoh-contoh yang seharusnya bisa diminimalisir. tapi pesatnya perkembangan era teknologi tidak dapat dibendung, yang harus berani maju dan berkorban adalah orang dewasa dalam hal ini dari lingkungan kecil, orang tua yang harus memberikan pendampingan dan menjadi teman bagi remaja, ngeri euy kalau melihat banyak video viral dari remaja jaman now

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget mbak Astin. mau nggak mau, kita orang dewasa harus bantu mereka. syukur-syukur bisa merangkul dan jadi teladan.

      thanks for leaving a comment. Salam kenal, Mbak Astin :)

      Hapus