Senin, 07 Agustus 2017

Tantangan hidup era milenial #1




....Because flowers doesn’t blossom at the same time.
Sebuah kalimat yang saya temukan di akun instagram @whosaysyoucantdo

Kalimat sederhana yang berarti penting dalam kehidupan. Membandingkan seakan menjadi aktifitas otomatis kita lakukan dalam keseharian.

Si anu sudah punya A, kok aku gini gini aja?
Dia sudah ke sana, aku mah disini sini aja.
Aku donk meskipun bla bla bla, tapi sudah bla bla bla..
Ih dia kok gitu-gitu aja, aku malah udah bla bla bla.

Ya, bisa jadi penyakit “membandingkan” tumbuh berkembang dengan baik di dalam diri kita karena terlalu sering kita melakukan & membolehkannya.

Padahal, diam-diam kebiasaan membandingkan akan menggerogoti stok syukur atau menimbun stok sombong.

Ketika kita berhasil menang dalam kompetisi perbandingan yang kita buat sendiri panggungnya, kita akan merasa lebih dari orang lain kan? Di sisi lain, ketika kita merasa gagal memenangkan kompetisi dalam perbandingan yang jelas-jelas kita buat sendiri panggungnya, kita akan merasa rendah dan tak berharga.

Tidak ada kebaikan dalam proses membanding-bandingan pencapaian hidup.

Ya, pencapaian hidup yang ku maksud di sini. Beda cerita kalau kita membandingkan manfaat dan mudharat dalam proses pengambilan keputusan ya, itu mah wajib bin harus.

AKU BEGINI KARENA DARI NENEK MOYANG SUDAH BEGINI

Ya, kadang hal terberat untuk mengubah kebiasaan buruk adalah mengalahkan diri sendiri. Diri sendiri yang punya satu kebiasaan lain: menyalahkan (blaming).

Padahal sebagai manusia yang dikaruniai akal, tentu kita punya kapasitas untuk mengubah diri dan tidak sepenuhnya diwarnai oleh lingkungan, bukan?

Berat memang, tapi kalau kita tidak mengubah diri sekarang, jangan heran kalau tidak akan pernah berkurang manusia-manusia yang sakit hati karena dibanding-bandingkan, tapi di saat bersamaan tidak berkurang juga manusia-manusia yang terus menerus menciptakan perbandingan demi perbandingan dalam kepalanya sendiri.

Apalagi di era sosial media. Drama sawang sinawang bukan lagi ketika lebaran atau anjang sana. Tapi bisa terjadi setiap detik.
your life has no kilograms, buddy :)



Bahagia itu tidak sederhana ketika teori perbandingan itu masih ada di kepala kita.

Tapi bahagia menjadi sangat mudah dan begitu sederhana, ketika syukur sudah ada di dada dan panggung teori perbandingan itu sudah berhasil kita runtuhkan.


Ingat kalimat pertama dalam tulisan ini, karena tidak semua bunga mekar di saat yang sama

Terus saja berikhtiar, dan lupakan teori perbandingan, sampai waktu mekarmu tiba. 

Bisa jadi, bunga yang berhasil kau tumbuhkan adalah bunga yang selama ini kau impi-impikan. Bersemangat sajalah. Tuhan tak hanya ingin mendengar doa-doa kita tapi juga gairah dalam menjalani ikhtiar J

2 komentar: