Inilah episode baru.
Kehidupan yang menyuguhkan sajian peran baru sebagai seorang istri. Peran mulia seorang wanita, yang terhubung langsung tanggungjawabnya dengan Tuhan.
Sebelumnya, aku memang sudah banyak mendengar, membaca, bahkan berdiskusi tentang peran istri dan banyak hal tentang kehidupan rumah tangga. Usia pernikahan yang baru berusia 12 hari telah memperlihatkan satu per satu hal yang cukup membuatku terkejut, excited, juga bingung. Ya, kurang lebih begitu.
Aku banyak terkejut ketika menemukan beberapa perbedaan cara pandang dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata tidak hanya hal prinsip yang mampu memunculkan perdebatan, hal sederhana seperti intonasi berbicara, kebiasaan menyimpan baju kotor pun bisa menimbulkan percikan konflik. Selain itu, aku kerapkali dikejutkan dengan sikap suami yang luar biasa membuatku semakin naksir, kagum, dan terpesona. Menjalani hari-hari berdua dengan penuh ketenangan, damai, dan bahagia.
Excited, kata yang kurasa pas untuk menggambarkan rasa bersemangat-senang ketika bersama dan melayani suami. Menyiapkan baju kerja, menyiapkan sarapan, shalat berjamaah, nonton tv misalnya. Hal-hal sederhana yang sebelumnya kupikir akan biasa saja, ternyata tidak sebiasa itu. Ah, mungkin ini yang dinamakan indahnya pernikahan. Istri memasak, suami menyukai masakannya. Istri bermanja-manja, suami memanjakan. Suami kelelahan, istri siap melayani sekalipun hanya memberikan segelas air putih. Saling mengingatkan shalat. Diimami pria yang dicintai itu ternyata menambah kesyukuran kita dan mempertegas misi hidup untuk berjuang bersama dalam ridha Tuhan. Subhanallah walhamdulillah..
Tapi masih ada beberapa kebingungan...
Bingung menerka bahasa nonverbal suami. Masih merasa kaku menyesuaikan diri dengan peran sebagai seorang istri. Latar belakangku yang cukup independen, membuatku kesulitan untuk selalu berada di belakang suami. Tapi kebingungan ini yang membuatku terus belajar, belajar, dan belajar lagi agar semakin mampu menjadi wanita shaliha.
Begitulah, semua terus berdinamika menuju titik yang harmoni. Intinya, sampai kapanpun hidup adalah tentang belajar. Terima kasih Tuhan untuk segala kesempatan belajar yang Engkau karuniakan.
Riau, 16 Januari 2014
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus