Selasa, 09 Januari 2018

'Kehororan' di balik kata tanya "kapan?"


Hello January !


Tahun baru seharusnya bukan hanya dijadikan momentum untuk membuat list resolusi yang baru, tapi juga momen menyiapkan mental yang harus lebih setroooooong untuk menjalani sepanjang tahun. Yakaaan? :D

DI blogpost perdana saya untuk Tahun 2018, saya ingin bahas tentang rentetan kata tanya KAPAN yang kadang mengandung aura mistis #eh maksudnya aura kurang menyenangkan bagi sebagian besar orang.



"Dia yang sensian, atau aku yang gak punya perasaan?"


Pertanyaan di atas kayaknya harus dimiliki oleh mereka yang seringkali mengusik "hidup" orang lain dengan pertanyaan dan pernyataan yang miskin empati. Bisa jadi dia yang kamu tanya dengan kata tanya 'kapan' memang sensian. Dan di saat yang sama, bisa jadi benar kamu yang bertanya emang nggak punya perasaan. Nah lho!

Saya menulis ini bukan untuk memamerkan kemampuan saya yang bisa "berbahagia" dan "tidak terganggu" meskipun belum punya keturunan, misalnya. Kadang masih suka terganggu juga kok. Terganggu karena kasian sama orang-orang kurang kreatif yang kalo ketemu pertanyaannya sama melulu :')

Beberapa (red.banyaaak) teman saya bertanya, "kamu kok santai banget sih?"

Nggak sesantai itu sih. Tapi saya selalu 'berusaha' untuk berpikir dan meyakini kalau Rezeki Allah tidak akan pernah salah alamat apalagi salah waktu. Yang terpenting sudah ikhtiar, sisanya? Ikhlas, pasrah, ridho sama ketetapan-Nya.

Dan saya yakin kalau JALAN CERITA setiap orang itu beda-beda. Mau itu cerita lulus kuliah, cerita dapat pekerjaan, cerita ketemu jodoh, cerita keluarga, dan semuanya yang terjadi pasti UNIK TAK TERDUGA. 

Meskipun prinsipnya sama: kita punya ukuran sepatu sendiri-sendiri, dan track masing-masing yang pasti sudah ALLAH sesuaikan untuk kita pakai dan jalani.

Miskin Empati [?] 



Tentang miskin empati, sudahlah lidah juga bisa dilatih kok. Jangan asal jeplak berargumen "abisnya gak niat nyakitin, kan cuman nanya, jawab aja sih!" atau "Ih dianya aja yang baperan" and bla bla bla.

Ya bisa jadi yang ditanya emang BAPERAN, lalu bagaimana kalau posisinya dibalik mbak? Mas? Pak? Bu? Pasti gak mau donk?

source: pixabay.com


Yuk mulai latih bahasa dan kata-kata. Stop hal-hal yang 'asik' untuk dirimu sendiri tapi sangat 'mengusik' orang lain.

Mending mulai ingatkan orang lain tentang bagaimana indahnya bersyukur dan tentang begitu banyaknya alasan untuk berbahagia. Ketimbang mengingatkan orang lain tentang apa-apa yang belum mereka punya.

Well, untuk yang pengen "mengingatkan" atau menunjukkan "kepedulian" mulai turun tangan donk jangan hanya turun tanya.

Misal, japri deh temen kamu yang belum punya jodoh.. "Say, kamu udah ada calon belom? Aku kenalin sama sepupuku mau? Pilot, usia 30, cari istri, siap keliling dunia, gaji buat istri semua. harus habis, kalau nggak habis nggak dikasih lagi"

Kan asiikk, hehe..



Dan bagi yang sedang "menanti" apapun yang dinantikan, teruslah kuat menjalani penantian. Pasti ada ujungnya. Ujungnya kapan & dimana? Hanya Tuhan yang tahu. Dan kala kita sampai di sana, sekejap lupa akan jauh & lelahnya perjalanan yang sudah terlewati. YOU'RE NOT ALONE!

Kita semua layak bahagia dengan apa yg sudah kita punya, termasuk segala sakit tak berdarah yang ini dan itu haha..

Peace, love, and ? HAPPY!





Your sister, 
- Uly.








3 komentar:

  1. You 're not alone����#arigatou

    BalasHapus
  2. Hem,, betul skali..memasuki tahun 2018 berarti usia jadi makin bertambah,, bagi yang single akan lbh sering dapat pertanyaan Kapan nikah? dari rekan kerja, keluarga, hingga kawan lama. Pas udah nikah, ditanya lagi kapan punya baby? dan pertanyaan kapan itu sepertinya tak kan habis.. krna kata tanya "kapan" bisa jadi bentuk perhatian org terdekat. Bisa juga jadi pertanyaan basa basi dari teman. Dan yang paling sedih, jika pertanyaan "kapan" nya jadi bahan candaan... itu yg paling sakit

    BalasHapus