Rabu, 15 Maret 2023

Welcome to KL Malaysia!

Wah kaget liat tahun terakhir posting, it's been two years! 

Saya kembali nyambangi ruang blogging ini, karena  menulis medium yang biasanya ampuh untuk ngusir perasaan sepi sendiri #tsaah! 

Selama dua tahun terakhir banyak yang terjadi; mulai dari terlewatinya krisis akibat Pandemic Covid-19 (it's huuuugeeeeee, tho!); bertambah anak (bertambah rezeki, amiin); dan berbagai pencapaian yang sangat gak bisa dikecilkan. 

Yes, I am proud of myself bisa melewati segitu banyak hal deh ya. And let me tell you a story! 

...

Today!

Hari ini, 16 Maret 2023 saya ngetik ini di sebuah kondominium daerah Petaling Jaya (PJ), Malaysia. 

Sudah sembilan hari nginjek Malaysia sebagai mahasiswa doktoral - with a slightly bitter welcoming.

Saya si emak-emak beranak dua ini agak ngalamin culture-shock setibanya di Malaysia. A lot of things looks significantly different. Yang memperparah mungkin karena selentingan di Indonesia, kita terbiasa menyamakan diri dengan Malaysia ya. Hal ini saya sering dengar ketika beberapa teman dosen menanggapi saya yang mau kuliah lagi di Malaysia: 

"Malaysia mah sama aja kayak Indonesia"

"Enak di sana itu makanan bahasa mirip-mirip sama di kita"

Then, saya gak ngerasa harus prepare apa-apa. Dalam pikiran saya, "ah sama aja kok. tenang aja."

PADAHAAAAL.... BEDAAA FERGUSO!

Mungkin banyak yang ngerasa tahu Malaysia karena sering melancong kesini, tentu sebagai turis. Bisa jadi tergabung melalui tour and travel agent ya. Jadi ya pengalamannya lebih pengalaman pelancong yang semuanya memang well-managed sama agent. Kalaupun solo travel, itinerary sudah siap biasanya dan destinasinya tentu destinasi wisata. You don't live like a citizen here, tho! ๐Ÿ˜…

Bahasa

Di Malaysia, betul kita punya bahasa yang mirip. Tapi enggak sama! 

Saya kuliah dan supervisi pake Bahasa Inggris. Ini aman banget untuk international student. Tapii, ketika di luar kelas kita harus sensitif sama lawan bicara, dia dari ras mana dan pakai bahasa apa ๐Ÿ˜‚

Beberapa kali saya pakai bahasa inggris, ternyata orang tersebut jawab pakai melayu. Saya pakai melayu karena memang looks like Malay people, dia jawab gak bisa bahasa melayu. 

Dan akhirnya setiap mau ngajak ngomong orang asing, saya harus tanya dulu "Excuse me, you speak bahasa or english?" 

Ras

Disini sangat biasa kalau kita bicara tentang ras kita apa, ras orang lain apa. Bahkan di setiap form administrasi kampus, hampir selalu ada pertanyaan tentang ras kita apa. 

"Ah di Indonesia juga multikultur, Li" 

Come on, it's quite different here! 

Disini ada tiga ras yang dominan: Melayu, Cina, dan India. Selain itu ada yang Kulit putih, Arab, Bangladesh, Nepal, dll. Udah biasa tuh obrolan ketika cari properti untuk disewa, semisal "disni kita tak terima orang ****", streteotipe is so real deh beneran. 

Identitas mereka juga gak cuman nampak dari tampilan wajah atau warna kulit, nampak juga dari bebauan. Misal kita masuk ke sebuah blok apartemen, lalu kita mencium bau tertentu, kita bisa nebak blok ini didominasi sama ras mana. Kalau dari aksesoris pintu apartemen, tentu ini lebih obvious lagi. 

Ini tuh efeknya ke berbagai hal, katanya denger-denger dari obrolan bareng orang sini, identifikasi ras-ras ini akan menentukan kuota kebijakan tertentu. Misal, pribumi akan dapat sekian persen di universitas, ras lain akan dapat sekian persen. Terus urusan rumah, perumahan yang ini akan disediakan hanya untuk pribumi, misalnya. 

Panggilan

Ini saya ngalamin beberapa kali tentang salah manggil orang hehe.. 

Kalau di Indonesia, kita kayak udah ngerti banget harus panggil orang asing itu dengan apa: Bapak, abang, Mas, Mbak, dll. kan ya? 

Di sini, punya konsensus model gitu juga. Tapi tiap ras itu beda. Nah lho. Sini-sini saya share cerita konyol saya haha..

Cerita satu. Dari Kuala Lumpur International Airport (KLIA) saya pakai grab menuju Kuala Lumpur. Nah di perjalanan yang lumayan lama (+-45 menit) saya ngajak ngobrol si driver. Lalu obrolan semakin seru karena si babang driver ini smart people kayaknya. Lalu sepanjang obrolan saya panggil dia Cik. Ngobrol pakai bahasa inggris mix bahasa. Lalu tiba-tiba dia bilang, "Dont call me cik. I am not that old. Just call by name!"

Cerita dua. Dari kampus menuju kosan. saya panggil si driver "uncle" karena dia dari chinese. Dan dia bilang hal yang sama. Dont call me uncle, i am not that old. 

Cerita ketiga. dari daerah Kuchai ke kosan. saya panggil abang si driver yang nampak Melayu. Berbekal info dari Cerita Satu, kalau gak tua-tua amat, tapi nampak lebih senior wajahnya, panggil abang saja. Again, dia bilang dont call me abang, kita sebaya saja nampaknya. 

Cerita keempat, saya house viewing dengan pemilik satu apartemen. Saya panggil beliau Pak Cik. Dia bilang jangan panggil Pak Cik, panggil Encik sahaja. Aiiih..... 

Waw! jadi kita manggil orang kudu nebak-nebak usia dari wajah? ๐Ÿ˜†Lha kalau wajahnya emang keliatan tuir gimana donk ๐Ÿ˜‘ #Joking!

Public Transport

source: google

Di sini ada banyak alat transportasi publik yang murah dan nyaman. Bus ada beberapa jenis, ada yang free ada juga yang berbayar. Semua bus atau kereta berbayar itu cashless, harus pakai kartu gitu (RapidKL Touch and Go). Kalau yang free cukup scan barcode yang ada di dekat pintu masuk bus. Selain itu khusus untuk student di universitas (yang saya tau Universiti Malaya) itu juga ada yang free dan dia ada beberapa shuttle gitu. Mungkin untuk yang tinggal di Jakarta udah biasa pake metode ini ya. Bedanya disni emang gak terlalu padat. So far saya selalu dapat tempat duduk. 

Ada cerita lucu tentang per-bus-an. 

Saya dan dua teman saya (foto ada di bawah kalo mau kenalan hahaa) selalu ngandelin google maps untuk tahu rute dan naik bus apa aja. Lalu bus yang kita maksud datang (PJ01), kita PD aja bawa kartu touch and go, masuk bus. Tapi tertolak, dan drivernya bilang "You must scan the barcode over there!" nunjuk ke arah dekat pintu. 

Kami bertiga bingung, scan pakai aplikasi scan barcode juga gak bisa. Ternyata harus via satu apps (CEPat Apps) gitu! karena belum punya aplikasinya, kita coba nawar donk,  boleh gak kalau kita masuk bus dulu terus download apps ya dan kita scan setelah itu. He said NOOOOOO! 

Kami jadi tontonan seisi bus lah pagi itu, hahaha..! Dan kami turun terusir sodaraaaa-sodaraaaaaaa๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†

Belajar itu kadang emang harus dibayar pake MALU ya! haha.. 

Segitu dulu share nya ya! Makasih udah mau baca sampai sepanjang ini hehe..

Nulis gini sangat menghibur diri yang lagi galau kangen geng saya alias Keluarga Cempedak kesayanganku. Next, cerita lagi ya, random thoughts tentu haha..

Lesson learnednya, banyak yang perlu dipelajari deh ya. Dan bener peribahasa dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Adaptasi terus, belajar terus, bertumbuh terus.. 

Here I am now in Kuala Lumpur, Malaysia. And the story goes....

Pertama kali ke menara kembar sepulang dari KBRI
Leh uga!
Bareng sama Rani, ade kelas yang diangkat paksa jadi orang tua asuh haha.. 

 
bareng emak-emak seperjuangan- pejuang doktoraal..!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar