Halo, ketemu lagi kita...
Saya sempat menulis tentang hal pertama dan utama yang harus disiapkan ketika berniat studi lanjut dan memutuskan mendaftar beasiswa, bisa klik di artikel ini: FIND YOUR BIG WHY. Kali ini, saya lanjut dengan berbagi pengalaman yang lebih prosedural dan teknis kali ya dalam mempersiapkan diri hingga berhasil menjadi salah satu awardee BPI di Tahun 2022.
**
BPI itu beasiswa apa ya?
sebetulnya BPI itu pelebaran skema LPDP yang proses seleksi dan manajemennya dikelola oleh Kemendikbudristek. Jadi seluruh fasilitas dan pendanaan yang didapat sama persis seperti Beasiswa LPDP Reguler.
BPI menyediakan beasiswa mulai dari S1 sampai S3. Seluruh programnya bisa diakses melalui link berikut: https://beasiswa.kemdikbud.go.id/program/
**
Tahap Satu: Administrasi
Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum mendaftar?
1. Pahami Persyaratan
Make sure kamu benar-benar memenuhi syarat administrasi. Persyaratan untuk mendaftar beasiswa BPI setiap tahunnya mungkin ada pembaharuan, jadi saya sarankan kamu untuk langsung akses dari laman resmi berikut ya https://beasiswa.kemdikbud.go.id/
Kalau perlu, dilist, ditulis ulang, dan dibuat semacam tabel tempel deh di meja kerja atau dinding kamar. Biar keinget terus dan terpacu untuk memenuhi semua syaratnya.
2. Lakukan Aksi Tertarget
Ini penting, karena gak ada pak guru dan bu guru yang akan ngingetin kita. Misal, harus daftar dan membuat akun ditanggal berapa. Atau misalkan untuk syarat foto nih. Kasih keterangan target, kapan akan difoto, difotonya dimana. contoh lain, untuk syarat bahasa inggris, kapan harus ambil tes, tesnya dimana, dan berapa biayanya. terbayang ya?
Seenggaknya, kita tahu kapan, dimana, dan gimana cara kita memenuhi seluruh persyaratan.
3. Administrasikan secara rapi
Setelah berhasil mendapatkan persyaratan satu persatu, masukkan ke dalam 1 folder, beri nomor, dan nama yang konsisten. Gak perlu pake bismillah ijazah, cukup dengan list nama begini nih:
1. Ijazah S1
2. Transkrip S1
dst..
4. Drafting, Minta Feedback, dan Proofreading
Tahun lalu ketika saya mendaftar seluruh isian dilakukan secara online. Kita bisa cicil mengisi form aplikasi di laman beasiswa BPI. Jadi selain biodata diri, hal-hal seperti personal statement, kelebihan dan kelemahan diri, motivasi, dan rencana studi diisikan melalui aplikasi.
Saran saya, jangan gegabah mengisi. Salin seluruh pertanyaan dan buat draft jawaban.
Konsultasikan jawaban ke orang-orang yang kalian anggap reviewer handal yang bisa kasih masukan agar jawaban kalian lebih baik. Syukur-syukur punya kenalan yang udah jadi awardee di tahun-tahun sebelumnya.
apalagi kalau kalian applicant studi ke luar negeri, saya menyarankan untuk melakukan proofreading kebahasaan. It is worth every penny kalaupun kalian harus bayar ke proofreader profesional.
5. Submit aplikasi segera
Segera maksudnya bukan buru-buru. Tapi jangan ambil resiko submit di hari terakhir pendaftaran, karena beresiko website down. Sedih donk kalau semua syarat udah ada, aplikasi nggak kesubmit hanya karena down. H-2 penutupan, mungkin waktu yang ideal.
6. Berdoa dan minta didoakan
Kalau sudah maksimal ikhtiarnya, sekarang tinggal pasrah. Berdoa bujuk rayu Tuhan kita. Juga minta doa banyak-banyak dari orang-orang kesayangan, terutama orang tua dan pasangan bagi yang sudah menikah. Karena kita gak tau, doa siapa yang bener-bener Allah kabulkan kan?
**
Tahap Dua: Tes Substantif / Wawancara
Nah di BPI tahun lalu, setelah dinyatakan lolos administrasi kita akan melalui tahapan wawancara. Pas wawancara ngapain aja ya ?
Wawancara itu tahap untuk melihat calon awardee secara personal. Tentu cara bicara, cara menjawab, tatapan, gesture, dan argumen kita akan sangat mempengaruhi penilaian. Tipsnya apa donk?
1. Latihan
Banyak yang mengabaikan latihan sebelum wawancara. Apa yang harus dilatih? Cara bicara dan gesture itu bisa dilatih lho. Misal, berlatih memperkenalkan diri, berlatih senyum, berlatih duduk, berlatih untuk mengatur posisi tangan.
Jika online, latihan online. Jika offline, lakukan latihan sesuai dengan prosedur offline. Minta bantuan teman untuk memberi feedback. Jika ada budget, belajar pada mentor public speaking bisa jadi investasi yang sangat pantas.
2. Kuasai konten
Konten apa yang dimaksud? seluruh hal yang sudah dituliskan pada form aplikasi. Karena seluruh interviewer mengacu pada jawaban-jawaban kita di form tersebut. Meskipun, ada beberapa pertanyaan yang melebar dan menggali lebih dalam lagi. Kita sebaiknya menunjukkan konsistensi ketika menjawab interviewer ya!
3. Pahami konteks
Setiap beasiswa memiliki prioritas dan kekhasan. Karena ini BPI, tentu prioritasnya adalah kemajuan pendidikan di Indonesia donk! Pahami trend di dunia pendidikan, kontribusi apa yang akan kita janjikan kalau berhasil jadi awardee, kaitkan kelebihan kampus pilihan kita dengan kontribusi tersebut. Konteks disini lebih ke bagaimana kita menunjukkan keluasan wawasan dan kedalaman berpikir. Make sure, jawaban kita nyambung. Jadi sangat dilarang ngomong seperti menghafal ya!
Banyak membaca buku, nonton berita seputar pendidikan, akan sangat membantu.
4. Ketenangan adalah KOENTJI UTAMA
Berusaha tenang adalah kunci yang sangat penting dalam situasi-situasi menegangkan. Kenali diri, kamu lebih tenang kalau bagaimana? apakah seperti saya dengan memindahkan ketegangan ke tangan dan tersenyum, dengan makan eskrim sebelum wawancara, atau loncat-loncat sebelum wawancara ? hehe..
Share My Own Story..
Kenapa tenang itu penting?
Saya benar-benar mengalami shock yang memicu adrenalin nih tentang wawancara beasiswa. Mungkin ini bisa terjadi di kamu. Namun, semoga tidak ya.
Saya mendapat notifikasi jadwal wawancara dini hari via email (11 Oktober 2022). Which is notifikasi itu tidak saya sadari. Lalu 08.00 – 10.30 saya terjadwal ngajar praktikum konseling. Biasanya, saya tidak buka email atau WA Ketika mengajar. Entah kenapa, di jam 09.53 saya iseng buka HP Ketika mahasiswa set-up tempat duduk untuk praktik setelah saya memberi pengantar. Tadaaa…!! Saya direminder oleh panitia kalau saya harus masuk waiting room wawancara via Zoom Pkl. 10.00. Saya hanya punya waktu 7 menit untuk set-up ! less than 10 minutes.
Tentu saya panik. Headset yang biasanya standby di tas, tidak ada. Ternyata tertinggal di meja kerja karena rapat sampai larut malam. Akhirnya saya putuskan menghentikan sejenak praktikum, meminta mereka merekam kelanjutannya untuk bahan diskusi, dan meminjam headset. Fortunately, ada yang bawa. Saya langsung pindah ke ruangan laboratorium yang tidak terpakai.
Inhale exhale. Basic position. Senyum.
Wawancara berlangsung dalam keadaan pasrah. Berusaha senyum dan tenang. Berusaha logic. Sesampainya di kelas, mahasiswa sudah bubar. Mereka meninggalkan pesan pamit di grup kelas, dan turut menyemangati dan mendoakan saya.
Kalau udah rezeki, emang gak kemana ya.
Ketika selesai wawancara, saya mendapat satu compliment dari salah satu interviewer. "Bu Yuli, saya salut sama ibu, selama wawancara ibu sangat tenang dan seperti tidak gugup sama sekali. Bagaimana bisa ya bu?"
Saya cukup terkejut mendapat pertanyaan itu. Saya mbatin ternyata latihan saya mengelola ketegangan berhasil: menempatkan tangan pada basic position dan tersenyum.
Jawaban saya kurang lebih begini, "Tentu saya gugup menghadapi ibu (saya sebutkan nama pewawancara satu persatu). Gugup karena saya tahu ini bukan sesuatu yang dapat saya sepelekan dan harus saya jalani seserius mungkin. Saya berusaha tenang dan menguasai diri agar ibu-ibu tidak ragu dan yakin saya layak mendapatkan beasiswa ini. Sehingga misi-misi saya untuk menjadi bagian - yang mungkin sangat kecil ini, dari kemajuan pendidikan di Indonsia bisa terealisasi. Saya senang ibu-ibu dapat memberikan feedback yang luar biasa selama wawancara berlangsung."
**
Yuk ah, Luruskan niat. Fokus ikhtiar. Banyakin doa! :)