Di keramaian, banyak pandangan dengan berjuta prosa.
Begitu banyak, tapi tak satu pun dapat kubaca.
Nampak tak banyak yang bisa kuartikan,
Hanya satu kalimat pendek, itu pun sebatas terka.
“Kau terlalu sempurna untuk terdiam membaca”
Ah, aku membaca kalimat itu. Hanya itu.
Tertunduk ku pada kaki yang sudah lama terasa pincang.
Ia terpaku dengan tenang menopang dada, ia tak pincang.
Ku sentuh nadi yang katanya tlah bertemankan maut.
ia tengah meliuk-liuk riang menari-nari bersama kehidupan, ia tak mati.
Dan aku tak buta. Aku bernyawa. Aku hanya hampir menyerah.
Aku sempurna.
Ku gapai-gapai pandangan itu, ingin sekali lagi ku baca, satu kalimat lagi saja.
Ah, tak ada, tak ada satu kata pun.
Sampai dua sudut bola mata tertoleh pada satu senyuman.
Ah, aku ingat senyuman itu. Aku ingat itu bahasa apa. Aku bisa menerjemahkannya. Aku ingat!
“Kau sudah membaca, berlarilah, kau sempurna.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar