Selesai? Entahlah!
Ketika sayap-sayap kenangan bernada
kerinduan menyapa sebuah siang.
Aku
sampai di hari ini membawa banyak cerita yang belum selesai. Orang-orang yang
mengerti psikologi psikodinamik menyebutnya sebagai unfinished business. Ah , itu teori yang selalu aku tak suka. Teori
yang menggiring analisis panjang dan selalu berujung dengan kalimat - iya, ini
belum selesai.
Banyak
nama, tempat, dan adegan yang sampai hari ini belum bisa kubuang lepas di tong
sampah. Semua masih rapi kusimpan di gudang kenangan yang bersiap menggerogoti
furniture dan seluruh bagian rumah
serupa rayap lapar yang merusak kayu.
Banyak
hal masih piawai mencipta denting dan
tarian yang membuat aku menyungging senyum dan kembali menatap luka.
Kamu,
salah satunya. Ya, kamu.
Kamu
yang begitu gemilang. Satu-satunya sumber inspirasi yang terpaksa harus
kupunggungi. Kamu yang dulu sempat begitu memesona seluruh isi jiwa. Kamu yang
menapaki karpet merah bersamaku, menuju singgasana mimpi. Kamu yang juga punya
mimpi yang sama. kamu yang sempat begitu pandai membuat keindahan di taman,
mengalahkan harmoni rumput hijau-bunga-angin-dan kupu-kupu. Kamu yang bersuara
biasa tapi pandai mendendangkan lagu-lagu yang kusuka. Kamu dan nada-nada gitar
yang masih terdengar indah, sampai hari ini! kamu yang tak berhenti
memanggil-manggil, meski kita tak menapaki jalan yang sama lagi. Kamu yang
begitu luwes bak gerakan tarian burung kala melepaskan genggaman tangan - yang
semula begitu mesra. Kamu yang sampai hari ini masih membayangi istana mimpi.
Kamu, cerita yang masih menuntut ujung yang entah apa. kamu yang masih mampu
memesona labirin-labirin kepala. Kamu yang tak juga menyelesaikan nyanyian di
jiwa-jiwaku. Ah, mengapa sebegini dalam di saat jarak terlalu jauh.
Bisakah kamu selesaikan ini?
Meski
entah dengan apa kita mampu selesaikannya. Karena nyatanya, selesai adalah apa
yang pernah kamu ucapkan, tapi selalu aku hindari untuk mendengarnya. Tuhan,
mengapa aku hanya bisa berkata.. entahlah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar