Perjalanan serius dimulai dari status 'mahasiswa'.
Makin dramatis transisinya kalau kuliahnya dj luar kota alias merangkap jadi anak kos. Cerita balada 'mahasiswa'
--> mulai serius pacaran. Meskipun makna 'serius' dalam pacaran itu BLURED.
---> skripsi. Banyak yang galaunya parah ancur-ancuran pas ngerjainnya. Hehe.. pertarungan mental.
---> lulus jadi sarjana. Eh senengnya bentar. Kenapa?
Soalnya
Kudu ----> nyari kerja. Atau kalau masih males kerja bisa juga
---> lanjut S2.
Udah lah ya pasti ada alasan personal di tahap setelah lulus sarjana, mw kerja atw lanjut studi.
Termasuk alasan berikut ini!
---> menikah.
Banyak yang terlalu banyak pertimbangan bahkan perfectionis milih pasangan. Akhirnya pending agenda menikah.
Banyak juga yang ambil keputusan cepat menikah. Bahkan sebelum lulus kuliah. It's all OK.
Banyak yang menikah karena udah malu ditanyain "kapan nikah?" Sama tetangga/teman/sopir angkot #apeuuusih. Ini alasan yg Duh, memprihatinkan.
Pernikahan terlalu serius untuk dilandasi ini doankkk... come on!
Percayalah, pernikahan itu fase yang harus diseriusi. Mulai dari memilih pasangan, merancang visi dan misi, pahami ilmunya.
Kenapa??? Simplenya, karena pernikahan bukan untuk sehari dua hari. Dan bukan cerita yang bisa semudah ditulisin di skenario FTB yg seepisode selesai. So please, cari alasan yang lebih valuable ketika memutuskan menikah.
Setelah menikah?
----> punya anak. Insyaallah.
Apa bisa alasan abal-abal semisal nikah gara-gara udah nggak nyaman ditanya orang-orang membuat kita bisa mendidik anak?
Orang tua alias kita calon orang tua itu adalah pihak pertama dan utama yang membangun peradaban.
Anak-anak kita kelak perlu orang tua yang luas ilmunya, keras kerjanya, dan tak berbatas keikhlasannya.
Ah berat ya. Tapi untuk hal istimewa dan luar biasa memang perlu usaha yang nggk biasa.
Semoga kita semua termasuk calon-calon orang tua yang mampu menyiapkan diri untuk jadi orang tua terbaik. Sejak saat ini. Amiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar