Selasa, 07 November 2017

Belajar dari Om Bambang

Saya mengenal Om Bambang dari keluarga suami saya. Beliau adalah teman baik mama papa mertua yang sudah seperti keluarga. Usianya, kurang lebih lima puluhan. Teringat kembali untuk membagi inspirasi yang saya dapat dari Om Bambang, karena seminggu lalu beliau datang ke rumah untuk bersilaturahmi sekalian mengajak anak bungsunya wisata ke Malang.

Kalau ngobrol dengan Om Bambang ini, selalu berhasil membuat saya lebih optimis dan bersemangat. Saya aktif bertanya, dan om bambang dengan senang hati meladeni saya yang cukup cerewet. Maklum, jarang ketemu. Sekalinya ketemu ya gitu, gak tau diri, hehe..

Beliau adalah lulusan Jurusan Hukum Universitas Brawijaya, yang kita tahu sebagai salah satu universitas top di Indonesia. Tiga tahun menjadi rekanan di sebuah biro hukum terkenal (berlabel N*sut*on). Selain itu, belakangan saya tahu kalau ayahnya adalah Brigjend bintang satu TNI. Keluarganya cukup punya posisi di beberapa instansi pemerintahan.

Oke, empat keterangan ini cukup bisa memberikan gambaran, kira-kira beliau ini berkarir sebagai apa?


Bisa jadi diantara kita berpikir kalau beliau akan menjadi pengacara, PNS di Kemenhumham, atau di kejaksaan agung mungkin.

Ternyata bukan. Beliau adalah pengusaha yang mensuplai (supplier) sayur mayur dan buah-buahan ke berbagai hotel berbintang di Bali. Ya, temen-temen tidak salah baca, beliau tidak melanjutkan karirnya sebagai lawyer atau pengacara atau notaris atau pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang studinya. Hampir tidak ada di keluarganya yang berkarir di dunia wirausaha. Bisa dibilang, beliau memang berasal dari keluarga 'Plat merah'.

Menjadi supplier dan pengusaha mungkin tidak mencengangkan buat temen-temen yang berpikir dia mulai dengan modal besar. Not at all. Cerita akhir yang manis, melewati perjalanan yang sangat panjang. Bahkan saya pernah berpikir, kalau saya ada di posisinya, mungkin udah lewat alias END, hehe..

Pertanyaannya, kok bisa?


bukan sekedar om-om, hehe...

Awal beliau beralih adalah karena pernah iseng menjual cengkih. Uang yang beliau peroleh dari cengkih saat itu (as a Fresh Graduated & pengacara anyar) membuat dia ketagihan dagang. Karena memang berkali-kali lipat jumlahnya. Akhirnya banting stir fokus ke jual beli sayur. Dulu, mungkin 20-30 tahun lalu, perjalanan Bali-Jawa tidak seramai sekarang. Tapi beliau menempuh perjalanan tersebut demi mendapatkan supply sayur berkualitas langsung dari petani. Beberapa jenis sayuran, beliau dapatkan dari daerah Jawa Tengah, Jember, Malang, Banyuwangi, dan berbagai daerah yang saya lupa saking banyaknya. Seringkali numpang mandi di restoran yang biasa disinggahi bus-bus, tidur di pinggir jalan atau masjid, menembus jalanan sepi tengah malam. Dan di tahun-tahun pertama beliau melakukannya dengan menggunakan sepeda motor.

Kebayang nggak sih dari Bali pake sepeda motor ke Jawa Tengah? Bukan dalam rangka touring club, tapi nyari sayur. Blusukan. Tanpa google, tanpa GPS #yaeyaalah.

Dan sepeda motor itu pun didapat dari bengkel kecil, awalnya niat sewa, tapi si pemilik bengkel malah ngejual dengan harga murah. Harga murah karena memang motor nggak bisa dipake lagi alias mati total. Dan Om Bambang reparasi sampai bisa hidup kembali, dan dijadikan kendaraan operasional bisnisnya.

Bertahun-tahun dia menjadi self-employed. Belum punya pegawai. Meskipun pada akhirnya kendaraan operasional berhasil diupgrade menjadi mobil pick-up. Jauh lebih lumayan dibanding menggunakan sepeda motor.
"itu pasti capek banget om. Kok mau sih? Nggak balik lagi aja ke karir di dunia hukum aja? Kan enak bersih, kantoran, prestige nya tinggi” tanya saya. "tanggung jawab dan keyakinan” jawabnya.
Saya seketika malu sudah memberikan pertanyaan itu. Berasa ditampar. Memang ada beberapa hal dalam hidup yang tidak bisa kita ubah atau kita balik begitu saja, atas nama tanggung jawab dan keyakinan. Hal yang hanya bisa dirasakan pemiliknya, tanpa peduli pada pendapat orang lain.

Episode pertama, terbayar perjuangan. Om Bambang memiliki relasi yang lumayan banyak, meskipun dulu relasinya hotel yang belum berbintang mungkin ya. Om Bambang bisa punya rumah dan kendaraan untuk keluarga. Beberapa bidang tanah untuk ditanami tanaman tertentu pun berhasil dibeli. Sampai ia dan istrinya jatuh sakit. Selama satu tahun tidak bisa bekerja. 
“Satu tahun full, Om?” tanya saya. “Iya, tabungan om terkuras habis karena benar-benar tidak bisa bekerja.”

Satu tahun, 12 bulan, 365 hari. Bukan waktu yang sebentar. Kagum saya sama Tante Wayan yang setia dan tak beranjak meninggalkan. Entah bagaimana mereka melaluinya. Yang jelas, mereka telah berhasil melewatinya dengan sangat baik.

Sampai setelah sembuh, usaha kembali dijalankan. Usaha yang sama, tentu dengan pola yang berbeda. Setelah usaha kembali pulih, om bambang dibantu oleh beberapa pegawai (saya tidak sempat menanyakan berapa jumlah pegawainya). Sayurannya dibagi dua jenis, untuk supply ke hotel-hotel berbintang di Bali,  dan yang tidak memenuhi kualifikasi’ hotel dijual di pasar. 
Aktifitas pekerjaannya dimulai sejak jam 1 atau jam 2 pagi. Selalu begitu.

Episode episode selanjutnya berhasil dilewati sampai saat ini, usahanya sudah autopilot. Sudah bersistem. Kerennya adalah meski begitu om bambang dan tante wayan tetap terlihat sederhana. Tidak sedikit pun terlihat sombong apalagi arogan. Pakaiannya biasa, semua serba seadanya.

Saat ini, beberapa rumah “cluster 1” sudah dimiliki. Beberapa mobil untuk keluarga tersedia di garasi. Kendaraan operasional usaha pun bukan lagi motor butut, tapi sudah berubah jadi beberapa mobil pick-up yang bagus.

Saya iseng bertanya, “kuliah dulu di hukum sama bisnisnya kan nggak nyambung ya om. Tapi pasti ada manfaatnya. Iya nggak?”


Jawabannya nggak pake pikir lama, “Iya pasti. Dari dunia kuliah, om punya banyak relasi. Om terbiasa menghadapi orang menengah ke atas. Bisa dibilang, kalau pesaing om yang nggak kuliah melangkah dua langkah, om bisa jadi melangkah 8 langkah. Pasti ada gunanya.

Nah! So, nggak ada kata salah jurusan. Kalau pun salah jurusan dan tersesat, ya semoga sesatnya ke jalan yang lebih aduhai menyenangkan. Karena yang sudah dimulai, sudah seharusnya diselesaikan dengan baik.

“tipsnya donk om, biar bisa jadi pengusaha yang sukses kayak om gitu”
Kuncinya: disiplin dan persisten. ketika Om berubah haluan ke dunia wirausaha. Om benar-benar bekerja keras setiap hari. Mendisiplinkan diri. Kalau lagi capek om selalu bilang ke diri sendiri, kalau om tidak akan berhenti sampai tujuan om tercapai: benar-benar pensiun dengan tenang sebelum usia 50 tahun. Bisa kemanapun kapanpun om mau. Bisa temani anak-anak sebebas mungkin”
Jlebb..!

Tujuan yang telah tercapai. Saat ini, Om Bambang bebas bepergian kemanapun ia mau. Pun persis sama ketika saya tanya pada beliau dan anak bungsunya.

Saya: Mau kemana aja dek di Malang?
Ade: Jatim Park.
Saya: terus?
Ade: Lihat nanti.
Saya: Sampai jam berapa om? Soalnya kami baru free siang nanti.
Om : udah santai aja. Om hanya ingin ketemu sama kalian kok.. Biar si ade yang tentuin nanti mau kemana aja. Nanti kalau nginap di Malang, om kabari kami nginap dimana.

(intermezo: si ade bebas memutuskan mau jalan-jalan kemana karena dia berhasil dapet Ranking 4 di kelasnya. Dan di Bali anak-anak SMP sedang libur 1 bulan)

Beberapa jam kemudian...

Suami saya: Om saya baru selesai kuliah. Om posisi dimana? Biar kami kesitu.
Om Bambang: ini otw ke Yogyakarta, baru sampai Ngawi. Si ade ingin ke Jokja.
*speechless* ( pengen ngomong itu pindah destinasi seenak jidat aja ya :'D) 

Suami saya dan saya: Hati-hati om...!
Om Bambang : Om tunggu di Bali.
Saya: siap om (paling kenceng..!)

 ****
Metamorfosa selalu butuh waktu dan proses yang entah seberapa lama. Menuju puncak selalu melelahkan, kadang seperti akan kehabisan nafas. Tersengal, dingin, kesepian. Keringat entah panas entah dingin, pucat pasi. Tapi ketika sepasang kaki terus melangkah, maka akan semakin dekat dengan tujuan. Semakin lelah dan sepi, semakin dekat dengan sebuah kemenangan. Kemenangan menaklukan asa yang kadang putus. Kemenangan menaklukan diri sendiri.

Dari Om Bambang, saya si manusia pemburu yang terburu-buru dibuat diam. Dipaksa untuk mengamini esensi sabar. Motor butut yang dulu menemani lelah dan sepinya ikhtiar. Kini berubah menjadi kendaraan yang tak hanya disebut mobil, tapi mobil mewah. Nikmat duduk di dalam Alphard, siapapun bisa. Tapi tidak semua bersedia rasakan panjangnya perjalanan mendapatkan kemewahan yang tidak lagi menjadi simbol jumawa, tapi kemenangan karena telah berhasil membuktikan sebuah pilihan hidup dengan penuh keyakinan dan tanggung jawab.

Terima kasih atas inspirasinya, Om Bambang!


8 komentar:

  1. waaaah.. inspiratif banget mba..

    BalasHapus
  2. Mau dong mbak dikenalin sama om Bambang. Akupun pengen wirausaha dari dulu, mau resign dari kerjaan dan jadi wirausaha aja tapi kok belum mantep-mantep wae ya? masih berat sama gaji bulanan wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. hallo mbak dita :)
      boleh, hehe..
      iya memang beratnya itu mbak, kalau biasanya pasti dapet gaji. perlu tekad dan Big Why yang super duper kuat untuk jadi pengusaha, :)

      Semoga segera mantep ya (entah itu mantep jadi karyawan atau pun jadi pengusaha hehe.. :)

      salam :)

      Hapus
  3. Keren ya. Gak banyak lho org yg susah payah mulai bisnis, banyakan mau pekerjaan yg udah ada dan pasti2 aja.
    Tengkyu udah berbagi ceritanya ya mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Mbak April :)

      iya mbak keren, salut sama persistensi & disiplinnya. sampai bisa sukses kayak sekarang..

      salam :)

      Hapus
  4. Inspiratif kisahnya.
    Saya dan suami juga baru merintis usaha, baru jalan 2 tahun dan belum kelihatan ada untungnya. Kadang ada juga rasa putus asak karena hanya capek yang didapatkan. Beruntung kami masih bisa saling menguatkan.

    Membaca kisah ini, kembali jadi penyuntik semangat bagi kami, bahwa waktu 2 tahun itu belum ada apa-apanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... semoga usahanya terus membaik dan bertumbuh ya mbak.
      inshaallah kalau kita nggak berhenti, cepat atau lambat akan sampai di tujuan..

      saya dan suami juga sedang membangun usaha. Dan PR nya sama: saling menguatkan dan mengingatkan akan tujuan awal.

      Salam sukses & semangat, Mbak Nanik :)

      Hapus