Happy friday :D
Jumat ini, saya tidak share masalah dapur ya, karena libur masak, suami dinas luar seminguan, jadi nggak masak selain ceplok telor sama nugget hehe..
So, this friday mau share salah satu tulisan saya tentang fenomena Brokenhome, sebuah kajian penting untuk para orang tua atau calon orang tua.
As we know, keluarga inti yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak merupakan organisasi terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Pada
hakikatnya keluarga merupakan wadah pertama dan utama yang fundamental bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak.
Di
dalam keluarga, anak akan mendapatkan pendidikan pertama mengenai berbagai
tatanan kehidupan yang ada di masyarakat. Keluarga yang
mengenalkan anak akan norma agama, etika
sopan santun, norma bermasyarakat, dan norma-norma
tidak tertulis lainnya yang diharapkan dapat menjadi landasan kepribadian anak
dalam menghadapi lingkungan. Selain itu, keluarga
merupakan
lingkungan pertama untuk bersosialisasi, mengenal diri sendiri, serta
sebagai motivator eksternal terbesar
yang akan
selalu dibutuhkan oleh anak dalam menjalani kehidupan. Mengingat betapa
pentingnya peran keluarga untuk anak, maka atmosphere keluarga sangat
menentukan kepribadian, perilaku, konsep diri, motivasi berprestasi, serta
pandangan hidup anak tersebut. Maka, akan sangat fatal akibatnya apabila
keluarga tidak lagi mampu berfungsi sebagaimana mestinya.
Membahas mengenai keberfungsian keluarga, hal
ini pasti berkaitan dengan peran dari anggota keluarga itu sendiri terutama
peran orang tua. Dewasa ini, banyak ditemui
keluarga yang mengalami pergeseran peran. Pergeseran peran ini kemudian dapat
mengakibatkan disfungsional keluarga yang kemudian sangat berpotensi melahirkan
banyak permasalahan, salah satunya adalah fenomena anak yang broken home.
Kata broken home sering dilabelkan pada anak yang menjadi korban
perceraian anaknya. Sebenarnya anak yang broken home bukan hanya anak
yang berasal dari orang tua yang bercerai, tetapi juga anak yang berasal dari
keluarga yang tidak utuh atau tidak harmonis. Terdapat banyak faktor yang
melatarbelakangi anak yang broken home, antara lain percekcokan atau pertengkaran
orang tua, perceraian, kesibukan orang tua, dan keadaan ekonomi.
Anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari
keluarganya (orang tuanya). Cekcok atau pertengkaran antara ayah dan ibu seringkali membawa dampak
buruk pada anak. Anak yang seharusnya mendapat kasih sayang dan pendidikan
harus mengalami masa yang kritis untuk menjadi terbiasa dengan
pertengkaran ayah dan ibunya. Pada usia balita, anak-anak
yang kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tuanya seringkali
pemurung, labil dan tidak percaya diri. Ketika menjelang usia remaja
kadang-kadang mereka mengambil jalan pintas, minggat dari rumah dan menjadi
anak jalanan bahkan melakukan hal-hal yang menyimpang.
Ketenangan yang ia rindukan berubah menjadi suram.
Lebih
jauh lagi, keluarga tidak lagi menjadi sebuah tempat yang dirindukan melainkan
menjad tempat yang yang tidak diinginkan bahkan tempat yang wajib untuk
dihindari.
pict-illustration by bintang(dot)com |
Perceraian memberikan konsekuensi yang tidak
ringan. Selain menjadikan seorang istri menjadi janda dan suami menjadi duda,
lebih jauh lagi hal tersebut berpengaruh sekali terhadap kondisi psikologis
anak. Belum lagi ketika anak diharuskan mengambil keputusan harus memilih
tinggal bersama siapa: ayah atau ibu? Hal tersebut bukanlah hal yang sepele
bagi seorang anak. Anak akan mengalami kebingungan, kelabilan secara emosional
dan memiliki kecenderungan untuk menyalahkan orang tua atau bahkan menyalahkan
dirinya sendiri.
Lalu, apa saja yang bisa diakibatkan dari fenomena brokenhome ini?
Setidaknya ada tiga permasalahan anak yang bisa terjadi ketika keluarga hilang keberfungsiannya,
1. Psychological disorder (Gangguan Psikologis)
Tidak dapat dipungkiri bahwa anak broken home akan mengalami gangguan secara psikologis. Meskipun kebutuhan fisiologi terpenuhi dengan baik, anak tidak akan berkembang dengan baik ketikan kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi. Anak broken home memiliki kecenderungan agresif, introvert, menolak untuk berkomitmen, labil, tempramen, emosional, sensitif, apatis, dan lain-lain2. Academic problem (masalah akademik)
Faktor motivasi eksternal terbesar untuk anak adalah keluarga. Dan ketika keluarga mengalami disfungsional maka anak broken home akan cenderung menjadi pemalas dan memiliki motivasi berprestasi yang rendah.3. Behavioral problem (perilaku menyimpang)
Anak broken home adalah anak yang memang kurang perhatian. Akibatnya anak memiliki self esteem dan self confident rendah, konsep dirinya pun negatif. Begitu di luar (rumah), anak semacam over kompensasi, mencari pengakuan dan penghargaan diri dari lingkungan sekitarnya, sehingga anak broken home memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku-perilaku menyimpang seperti bullying, memberontak, bersikap apatis terhadap lingkungan, bersikap destruktif terhadap diri dan lingkungannya, misalnya dengan mulai merokok, minum minuman keras, judi, free sex (seks bebas). Mereka melakukan penyimpangan-penyimpangan tersebut tanpa pernah tahu apa yang baik dan yang buruk. Persis seperti seorang anak yang menangis dan butuh pelukan ibunya, tapi dia tidak mendapatkannya, oleh karena itu anak broken home akan berterimakasih kepada siapapun yang mau memeluknya, dan kadang wujud si ibu itu adalah ‘narkoba’ dan ’seks bebas’.Lalu apakah setiap anak brokenhome akan berujung bermasalah? Tentu saja tidak.
Tidak semua anak brokenhome mengalami kegagalan, tidak sedikit bukti bahwa dibalik kekosongan keberfungsian keluarga, justru mereka tumbuh lebih kuat dan sukses.
Dan bagaimana cara mencegah kegagalan bagi yang sudah terlanjur mengalami masalah? Lanjut diskusi di artikel selanjutnya ya, biar nggak engap hehe..
saya punya temen broken home. cara dia memandang hidup itu emang kelihatan beda dari anak2 dengan keluarga normal. lebih suram dan terkesan menarik diri. kasihan sebenarnya ya.
BalasHapusiya mbak itu yang disayangkan. banyak temen-temen yang berasal dari keluarga broken malah merelakan diri untuk kalah, mencari pembenaran untuk menyalahkan orang tua, padahal hidup yang lebih baik masih menjadi hak siapapun, termasuk anak brokenhome...
Hapusmakasih kunjungannya mbak Nisa, salam kenal...