Beberapa minggu terakhir, ada kebiasaan baru yang tanpa sadar saya lakukan: mengumpulkan tulang belulang ayam atau rusuk sapi, membuka pintu dapur, then i feed two cats which wait for its moment.
Sampai di suatu malam, suami saya mengatakan, "wah, yammi berubah ya. sayang kucing sekarang"
Oke, well ini bukan cerita yang istimewa mungkin untuk siapapun yang membaca blog ini, hehe..
Tapi di balik tulisan paragraf pertama serupa ada pelajaran untuk saya, si apatis, si pragmatis, dan hanya peduli pada hal-hal yang menurut saya "penting" saja.
Seringkali...
Ketika suami saya beramah tamah dengan kucing-kucing di warung makan lesehan, saya akan langsung meminta suami untuk menghentikan hal itu. Bagi saya, itu mengganggu.
suami saya yang respectful to his wife biasanya langsung menghentikan "elusan" di punggung kucing yang terkantuk-kantuk nyaman, kucing-kucing lalu tetap mengiba menatap wajah suami saya mengemis belaian, haha.. Meskipun dia tetep nyolong-nyolong ngelempar-lempar tulang ke si kucing. And i dont like that (at that time)!
Another scene...
Di ruang dosen sering ada kucing meong-meong ketika kami makan. kucing memang ajaib, dari kejauhan aroma ikan, ayam, dan rendang tercium begitu saja. Reaksi saya? ngomel seperti emak-emak ngomelin anaknya. Mungkin dosen lain ngebatin gini: Duh kasian kamu, cing. hahaha...
Special case: malaikat kucing.
Ini terjadi di idul adha lalu, saya dan suami sambangi kerabat suami. Di rumahnya berkeliaran kucing berbijibiji. And you know what? Di ruang tamu bahkan dipajang foto kucing sekeluarga alias kucing semua emak bapak anak cucu, segede gaban. Bukan seperti rumah kebanyakan yang justru majang foto keluarga, hehe..
Sampai akhirnya saya beranikan bertanya, "suka banget kucing ya, Pak?"
Pertanyaan yang mengundang jawaban berparagraf-paragraf. Singkatnya, yang suka kucing awalnya adalah si bapak. Tapi semakin kesini si ibu lebih cinta sama kucing dibanding dia.
Yang menarik adalah statement tambahan dari si ibu:
awalnya saya gak suka sama kucing. sering ngusirin kucing. Tapi pas kucing-kucing itu nyambut saya sepulang dari pasar, keliatan seneng saya kasih makan, saya malah jd sayang mereka.
Whattt??! Sayang?!
Konon katanya, si kucing-kucing itu kalau si ibu alias sang majikan lagi nonton tv ngerubunin badan si ibu, bermanja-manja, dan all the cats has a name! Sampai si ibu dengan cerah ceria menceritakan si anu manja, si anu cuek, si anu anarkis, si anu sensitif, si anu rakus kalo makan, si anu pencemburu.
Helloooooo mem, lagi ngomongin kucing apa ibu-ibu arisan??? But its REAL STORY i've ever heard.
Helloooooo mem, lagi ngomongin kucing apa ibu-ibu arisan??? But its REAL STORY i've ever heard.
Dan satu klimaks ceritanya: saya begini belum apa-apa bu, tetangga saya pernah nangis gak keluar rumah. matanya bengkak. pas kami ke rumahnya nanyain kenapa karena tumben gak keluar-keluar rumah, ternyata dia nangisin kucingnya yang mati. OMG! Sayaaah speechleesss pemirsa indosiaaarrr.
**
Lalu apa guna saya ceritakan ini semuaaaahhh?? Gak tahu! haha..
Begini...
Manusia hidup dengan rentetan kebutuhan. Banyak ahli juga teoritikus dalam bidang psikologi yang membuat teori tersendiri tentang kebutuhan. Dan saya gak akan bahas teori itu disini hehe..
Sederhananya, kebutuhan kita sebagai manusia diantaranya adalah butuh merasa dicintai dan dibutuhkan.
Ketika melihat kucing mengeong, sibuk berlari dengan tatapan antusias, lalu lahap menyantap makanan yang kita berikan, ternyata rasanya nikmat. I am happy. saya merasa berguna. saya merasa diakui sebagai manusia #eaaaa.
Bahkan kucing bisa mengubah perasaan "acuh" menjadi "peduli".
Bayangkan apabila rasa dicintai-mencintai, diakui-mengakui, memberi-terimaksih, saling-peduli itu sampai-tersampaikan dari dan oleh kita, kepada orang-orang yang membutuhkan, kepada orang-orang yang memang haus kasih sayang, haus bimbingan, ingin didengar, rindu kepulangan, mencari ketenangan, mengiba kekuatan.
Ah mungkin tatapan mereka akan lebih indah dari tatapan kucing-kucing itu.
Usahlah sombong wahai manusia,
nyatanya kucing kampung yang berlarian menghampiri saya dan tulang belulang yang tidak seberapa, lebih bisa mengajarkan tentang bagaimana 'membahagiakan' dan menunjukkan cinta juga rasa terima kasih.
Lets make friend, cings! :) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar