Selasa, 31 Januari 2017

Kopi Hitam Alea

Tuan, bagaimana kabarmu? 
Bisa jadi kau sedang tidak baik-baik saja. Tapi aku tahu kau masih sibuk merajut mimpimu, mimpi besarmu.

Beberapa malam terakhir kau berhasil membuatku kacau. Kau datang tiga malam berturut-turut, entah apa yang kau bicarakan, aku pun tak tahu pasti apa yang ingin kau sampaikan.
Kau datang dengan wajah lelah sekali. Namunt tetap kau bawa senyum manismu. Aku membalas senyum, tapi aku tak berani memberimu lebih, semisal memeluk atau entahlah. Aku ingat, kita tidak lagi saling memiliki.

Saat aku menata perasaan, kau seolah tak memberi jeda. Dua tanganmu sudah melingkar di tubuhku. Kau erat mendekap dan baru kali itu kalimatmu jelas terdengar, “aku rindu kamu” katamu.
Lagi-lagi aku terdiam. Tak bisa apa-apa. Aku sakit sekaligus bahagia mendengarnya.

Tiga malam yang membuatku enggan tidur. Aku tak ingin kau temui lagi. Mimpi di tiga malam yang membuatku bisa terjaga tanpa gelas demi gelas kopi hitam.

Jelagaku terus bertanya, apa arti semua mimpi di tiga malam ini. Kamu yang tengah merindu, atau aku yang masih tak mampu membenci?

**
“malam ini, Melbourne terasa lebih dingin dari biasanya. bagaimana dengan cuaca disana?”
              “tetap hangat, seperti saat kau tinggalkan dua tahun lalu”
“sudah dua tahun ya. Kamu sedang apa, Alea?”
              “sedang memikirkan sesuatu. Kamu sedang apa?”
“sedang minum kopi.”
              “kopi? Bukankah kau tak suka kopi.”
“hanya sedang rindu pada seseorang, yang tak bisa sehari pun tanpa kopi.”
              “Oh!”


Kau kembali di malam keempat, ketika aku hampir mampu menaklukan waktu. Kau kembali mengusir kantuk. Ah kau selalu saja membuatku terjaga dalam malam, tanpa gelas demi gelas kopi hitam yang tengah kau nikmati malam ini. 


sebuah sajak yuli nurmalasari
www.jurnal-uly.com
IG @uly_uli 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar