Karena memang sungguh sangat freaky cerita perjalanan yang bakal diceritakan di jurnal ini
Cekidot eaa kakaaks :D
**
Rencananya...
Saya, suami, dan teman-teman suami berencana camping di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) di daerah Seberida, Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Nggak lain dan nggak bukan, dalam rangka refreshing.
Lokasi TNBT tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami, dua jam perjalanan saja jika ditempuh menggunakan mobil dengan kecepatan rata-rata 80-90 km/jam.
Berhubung belum pernah ada yang pergi camping ke lokasi tersebut, kami memutuskan untuk survei lokasi seminggu sebelum hari H. Perjalanan menuju Seberida tidak ada masalah. Bermodal pengetahuan surveyor dan internet, sampailah di persimpangan jalan. Kami memutuskan berbelok setelah melihat plang besar bertuliskan TNBT bla bla bla (saya nggak hafal tulisannya, hehe..
Yang jelas dari plang tersebut, kami mendapat informasi kalau TNBT berjarak 12KM dari jalan raya.
Jalannya berupa tanah merah, agak lembek, karena memang akhir-akhir ini hampir setiap hari Riau diguyur hujan. Dua kilometer pertama mobil yang kami naiki masih bisa dikatakan baik-baik saja. Tapi semakin ke atas kondisi jalan semakin tidak bersahabat. Mobil Inova yang kami naiki soak. Jalan bukan hanya bertanah merah yang lembek, tapi konturnya semakin tidak beraturan, banyak sekali lubang-lubang. Awalnya para laskar surveyor masih memaksa optimis, tapi setelah terjebak di jalan yang tidak lagi mungkin dilewati, mau tidak mau harus mundur teratur. Mengalah pada kondisi jalan T.T
Saya, suami, Pak Fifan, dan Pak Tepu memutuskan turun, untuk menghindari resiko mobil terbalik. Sedangkan Pak Adit stay di balik kemudi, berusaha keras memundurkan mobil perlahan. Selain curam, licin juga jalannya.
Mobil terpaksa diajak mundur T.T |
dug dug serrrr |
Kami berhenti di sebuah warung milik warga. Ada beberapa ibu-ibu yang sedang berkumpul. Ya, minimal dapat informasi tentang track ke puncak, meskipun tidak berhasil survei sampai sana, batin kami. Obrolan kesana kemari pun berlangung epic, ditemani kopi hitam, dan cuaca yang mendung.
Ibu-ibu di sana menegaskan kalau tidak mungkin bisa ke puncak jika menggunakan mobil semodel Inova yang kami bawa. Bisa dikatakan, perlu kendaraan yang sangar, tahan banting, nggak gampang baper kali ya, haha..
Selain informasi tentang kendaraan yang compatible, kondisi puncak, kondisi track, harga sewa ojek (100.000 PP), cerita hantu, dan lain-lain yang tidak bisa diceritakan disini, kami pun mendapat nomor kontak Ibu Sri. Alhamdulillah... Meskipun gagal survei, silaturahmi bisa tetap terjalin #eeaaa
Gagal survei ini akhirnya membawa kami ke sate yang cukup melegenda di daerah Belilas Riau: Sate Pak Dono
Para lelaki memesan sate kambing plus kuah gulai, saya sendiri memesan sate ayam. Satenya enak. Bumbunya tidak seperti sate kebanyakan, hanya menggunakan kecap, rempah, dan irisan bawang merah. Recomended!
Di Warung Sate Pak Dono inilah kami melanjutkan imajinasi pendakian menuju TNBT. Rencana demi rencana digagas, dari rencana absurd semodel mendorong teman ke jurang ketika kelelahan, sampai rencana yang bisa diterima: menggelundungkan teman yang kelelahan dan merepotkan, hahaha....
Mostly, rencananya gak ada. Becanda doank! Maklum, masih belum bisa menerima kenyataan karena hanya bisa menempuh 2KM dari 10KM
Hellllooooooooooowwww!!!!!
#LOL
Seminggu kemudian ...
Persiapan demi persiapan dilakukan menjelang keberangkatan. Semua disiapkan sesimple mungkin, karena kami semua memutuskan untuk tidak menyewa ojek, tapi akan hiking sejauh 12 KM.
Saya si pemalas olahraga, mulai memikirkan untuk stretching, jangan sampai rempong pas pendakian. Hari jumat suami mendadak dinas luar, alhasil saya was was tidak jadi pergi. Tapi suami memastikan jadi pergi. Melalui telepon suami mengkoordinasikan menu perbekalan apa yang harus dibawa. Berhubung seluruh personel menunjuk secara sepihak seksi konsumsi: saya. Wajar sih, karena hanya saya personel yang berstatus IRT, yang dianggap capable urusan begituan, padahal mah NGGAK!
Ransel, pakaian, action cam, power bank, sleeping bag, mie instan, mie gelas, roti, sosis siap santap semua sudah ready. Packing selesai. Semua sudah well-prepared.
Saya pulang dari kampus siang hari, membawa ayam ungkeb (yang diungkeb sama mama asuh di kantin kampus), membawa tenda pinjeman temen dosen, exiceted sekali. Langsung berganti pakaian kaos, celana gunung, sandal gunung, sampai kacamata plus topi sudah siap.
Let me say, "I am READY, mameeeen!"
And Theeeeen,
tulisannya berlanjut ke My FREAK My ADVENTURE Part. 2 ya ya yaaa~
percaya deh, perjalanan yang seru itu ternyata perjalanan yang entah direncanakan oleh siapa, tapi kita yang harus mengeksekusinya, haha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar