Selasa, 12 April 2016

Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)

Rational Emotive Behaviour Therapy yang sering disingkat menjadi REBT merupakan salah satu pendekatan dalam konseling, meskipun istilah terapi cenderung menggambarkan situasi masalah yang kllinis. Ellis (1997: 5) mengungkapkan REBT adalah sebuah pendekatan yang menekankan pada kesimpulan individu terhadap sebuah peristiwa yang terjadi dan menunjukkan bagaimana peristiwa tersebut berhubungan dengan evaluasi secara kognitif, emosi, dan perilaku. Pendekatan REBT berasumsi bahwa kognitif, emosi, dan perilaku merupakan tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Ellis et al  (Zionts & Banks, 2009: 308) menyatakan pikiran, perasaaan, dan perilaku berinteraksi dan secara signifikan saling mempengaruhi satu sama lain.
Ellis (Ellis & Dryden, 1997: 9) menggunakan model ABC dalam mengkonseptualisasikan permasalahan psikologis konseli. Pada skema model ABC, “A” didefinisikan sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi (activating events).
 “B” didefinisikan sebagai keyakinan-keyakinan (belief system) atau persepsi individu terhadap “A”. Keyakinan-keyakinan (belief) dalam REBT dibedakan menjadi dua yaitu rational beliefs dan irational beliefs. Ellis & Dryden (1997: 5) menyatakan “rational beliefs are evaluative cognitions of personal significance that are preferential (i.e.,nonabsolute) in nature. They are expressed in the form of  “desires,” “preferences,” “wishes,” “likes,” and “dislikes.” Rational beliefs merupakan sebuah keyakinan-keyakinan yang tidak absolut dan tidak menghambat pencapaian tujuan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh individu. Sebagaimana dinyatakan oleh Ellis & Dryden (1997: 5) “these beliefs, then, are “rational” in two respects. First, they are flexible, and second, they do not impede the attainment of basic goals and purposes.” Sedangkan irational Beliefs berbeda dengan karakteristik rational beliefs. Irational Beliefs dinyatakan sebagai:

First, they tend to be absolute (or dogmatic) and are expressed in the form of rigid “must’s,” “should’s,” “ought’s,” “have-to’s,” etc. second, they lead to negative emotions that largely interfere with goal pursuit and attainment (Ellis & Dryden, 1997: 5).

Posisi beliefs dalam REBT merupakan komponen yang paling penting. Ellis & Dryden (1997: 9) mengungkapkan beliefs yang dimiliki individu dapat memberikan pengaruh yang sangat penting terhadap konsekuensi kognitif, emosi, dan perilaku individu. Dalam REBT individu pada umumnya merasa tidak bahagia tidak hanya karena sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi juga dikarenakan oleh konstruk pandangan akan realitas melalui bahasa, keyakinan-keyakinan dalam menilai, makna dan filosofi tentang lingkungan, diri sendiri, dan orang lain.
“C” didefinisikan sebagai konsekuensi perilaku dan emosional yang merupakan hasil dari persepsi individu. Ellis & Dryden (1997: 13) menyatakan consequences terjadi karena adanya interaksi antara “A” dan “B” yang meliputi konsekuensi kognitif, afektif, dan perilaku. “C” yang terdapat pada individu dapat bersifat positif atau negatif. Ellis & Dryden (1997: 13) mengungkapkan “C tends to be, first, healthy feelings of frustration and disappointment and, second, unhealthy feelings of severe anxiety, inadequacy, and depression.” “A,” “B,” dan “C” merupakan komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain. Ellis (David et al, 2010: 174) menyatakan:
“..that this complex interconnection has historically been a part of his early writings on rational-emotive theory and notes that ‘‘human thinking, feeling, and behaving are all distinctly interrelated, not disparate, and include important aspects of the other two processes’’

Secara ringkas komponen-komponen dalam Teori ABC disajikan pada tabel berikut (Surya, 2003):
Tabel 
Model ABC - REBT

Komponen
Proses
A
Activaty, or Action, or Agent.
Hal-hal, situasi, kegitan atau peristiwa yang mendahului atau yang menggerakkan individu (Antecedent or activating events)
External event
Kejadian di luar atau sekitar individu
iB



rB
Irational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional atau tidak layak terhadap kejadian eksternal (A)
Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau layak dan secara empirik mendukung kejadian eksternal (A)
Self-Verbalization:
terjadi dalam diri individu, yakni secara terus menerus ia katakan berhubungan dengan A terhadap dirinya.
iC





rC
Irational Consequences, yaitu konsekuensi-konsekuensi irasional atau tidak layak yang berasal dari A.


Rational or reasonable Consequences, yakni konsekuensi-konsekuensi rasional atau layak yang dianggap berasal dari rB (keyakinan yang rasional)
Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau ayak dan secara empirik mendukung kejadian kejadian eksternal (A)
D
Dispute Irational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional dalam diri individu saling bertentangan.
Validate or invalidate self-verbalization: yakni suatu proses self-verbalization dalam diri individu, apakah valid atau tidak.
CE




BE
Cognitive Effect of Disputing, yakni efek kognitif yang terjadi dari pertentangan (disputing) dalam keyakinan-keyakinan irasional.
Behavioral Effect of Disputing, yakni efek dalam perilaku yang terjadi dari pertentangan daam keyakinan-keyakinan irasional di atas.
Change self-verbalization, terjadinya perubahan dalam verbalisasi daripada individu.


Change Behavior, yakni terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu.

REBT memandang konseli belajar dan memulai untuk mengaplikasikan premisnya dengan mempelajari model ABC dari gangguan dan perubahan psikologis. Konseli mempersepsikan tentang bagaimana lingkungan harus berinteraksi dengan konseli dan belajar untuk memperbaiki pikiran tentang peristiwa-peristiwa yang mengganggu dan merespon dengan cara yang lebih efektif secara individual.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar