Rational Emotive Behaviour Therapy yang sering disingkat menjadi REBT merupakan salah satu pendekatan dalam konseling, meskipun istilah terapi cenderung menggambarkan situasi masalah yang kllinis. Ellis (1997: 5) mengungkapkan REBT adalah sebuah
pendekatan yang menekankan pada kesimpulan individu terhadap sebuah peristiwa
yang terjadi dan menunjukkan bagaimana peristiwa tersebut berhubungan dengan
evaluasi secara kognitif, emosi, dan perilaku. Pendekatan REBT berasumsi bahwa
kognitif, emosi, dan perilaku merupakan tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Ellis
et al (Zionts & Banks, 2009: 308) menyatakan pikiran,
perasaaan, dan perilaku berinteraksi dan secara signifikan saling mempengaruhi
satu sama lain.
Ellis (Ellis & Dryden, 1997: 9) menggunakan model
ABC dalam mengkonseptualisasikan permasalahan psikologis konseli. Pada skema model
ABC, “A” didefinisikan sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi (activating events).
“B” didefinisikan sebagai keyakinan-keyakinan (belief system) atau persepsi individu terhadap “A”.
Keyakinan-keyakinan (belief) dalam
REBT dibedakan menjadi dua yaitu rational
beliefs dan irational beliefs. Ellis
& Dryden (1997: 5) menyatakan “rational
beliefs are evaluative cognitions of
personal significance that are preferential (i.e.,nonabsolute) in nature. They are expressed in the form of “desires,” “preferences,” “wishes,” “likes,”
and “dislikes.” Rational beliefs merupakan sebuah keyakinan-keyakinan yang
tidak absolut dan tidak menghambat pencapaian tujuan dan harapan-harapan yang
dimiliki oleh individu. Sebagaimana dinyatakan oleh Ellis & Dryden (1997:
5) “these beliefs, then, are “rational”
in two respects. First, they are flexible, and second, they do not impede the
attainment of basic goals and purposes.” Sedangkan irational Beliefs berbeda dengan karakteristik rational beliefs. Irational Beliefs dinyatakan sebagai:
First, they tend to be absolute (or dogmatic) and are expressed in the form of rigid “must’s,” “should’s,” “ought’s,” “have-to’s,” etc. second, they lead to negative emotions that largely interfere with goal pursuit and attainment (Ellis & Dryden, 1997: 5).
Posisi beliefs dalam
REBT merupakan komponen yang paling penting. Ellis & Dryden (1997: 9)
mengungkapkan beliefs yang dimiliki
individu dapat memberikan pengaruh yang sangat penting terhadap konsekuensi
kognitif, emosi, dan perilaku individu. Dalam REBT individu pada umumnya merasa tidak bahagia tidak
hanya karena sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi juga dikarenakan oleh
konstruk pandangan akan realitas melalui bahasa, keyakinan-keyakinan dalam
menilai, makna dan filosofi tentang lingkungan, diri sendiri, dan orang lain.
“C” didefinisikan sebagai konsekuensi perilaku dan
emosional yang merupakan hasil dari persepsi individu. Ellis & Dryden
(1997: 13) menyatakan consequences terjadi
karena adanya interaksi antara “A” dan “B” yang meliputi konsekuensi kognitif,
afektif, dan perilaku. “C” yang terdapat pada individu dapat bersifat positif
atau negatif. Ellis & Dryden (1997: 13) mengungkapkan “C tends to be, first, healthy feelings of frustration and
disappointment and, second, unhealthy feelings of severe anxiety, inadequacy,
and depression.” “A,” “B,” dan “C” merupakan komponen yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Ellis (David et al, 2010: 174) menyatakan:
“..that this complex interconnection has historically been a part
of his early writings on rational-emotive theory and notes that ‘‘human
thinking, feeling, and behaving are all distinctly interrelated, not disparate,
and include important aspects of the other two processes’’
Secara ringkas komponen-komponen dalam Teori ABC
disajikan pada tabel berikut (Surya, 2003):
Tabel
Model ABC - REBT
Komponen
|
Proses
|
|
A
|
Activaty, or Action, or Agent.
Hal-hal, situasi, kegitan atau peristiwa yang mendahului atau yang
menggerakkan individu (Antecedent or activating events)
|
External event
Kejadian di luar atau sekitar individu
|
iB
rB
|
Irational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional atau tidak
layak terhadap kejadian eksternal (A)
Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau layak
dan secara empirik mendukung kejadian eksternal (A)
|
Self-Verbalization:
terjadi dalam diri individu, yakni secara terus menerus ia katakan
berhubungan dengan A terhadap dirinya.
|
iC
rC
|
Irational Consequences, yaitu konsekuensi-konsekuensi irasional atau tidak
layak yang berasal dari A.
Rational or reasonable Consequences, yakni konsekuensi-konsekuensi rasional atau layak
yang dianggap berasal dari rB (keyakinan yang rasional)
|
Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau ayak
dan secara empirik mendukung kejadian kejadian eksternal (A)
|
D
|
Dispute Irational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional dalam diri
individu saling bertentangan.
|
Validate or invalidate self-verbalization: yakni suatu proses self-verbalization dalam diri
individu, apakah valid atau tidak.
|
CE
BE
|
Cognitive Effect of Disputing, yakni efek kognitif yang terjadi dari pertentangan
(disputing) dalam
keyakinan-keyakinan irasional.
Behavioral Effect of Disputing, yakni efek dalam perilaku yang terjadi dari
pertentangan daam keyakinan-keyakinan irasional di atas.
|
Change self-verbalization, terjadinya perubahan dalam verbalisasi daripada
individu.
Change Behavior, yakni terjadinya perubahan perilaku dalam diri
individu.
|
REBT memandang konseli belajar dan memulai untuk
mengaplikasikan premisnya dengan mempelajari model ABC dari gangguan dan
perubahan psikologis. Konseli mempersepsikan tentang bagaimana lingkungan harus
berinteraksi dengan konseli dan belajar untuk memperbaiki pikiran tentang
peristiwa-peristiwa yang mengganggu dan merespon dengan cara yang lebih efektif
secara individual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar