Lihatlah aku begitu anggun menyapa malam.
Angin begitu terpana menatap
diri yang kini mematung.
Jariku menjentik di taman memeluk cita.
Aku berdiri serupa tegarnya pohon tinggi menuju langit.
Menggapai-gapai indahnya awan di langit luas, yang kini
gelap.
Sayang,
Tak kah kau rindu
menyapa temu?
Tak kah kau ingin
menggenggam kecup kembali?
Ah, terlalu indah untuk dibahasakan.
Malam sudah mengerti. Angin telah memahami. Aku pun telah
mengetahui.
Nyatanya aku telah terperangkap rindu tak berkesudahan.
(Pijakan rindu yang kesekian, 10-11-2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar