Kamis, 15 November 2012

lagi-lagi cinta

Cinta. Entah sudah berapa kalimat di dunia yang berusaha mendefinisikan satu kata itu. Kata klasik yang masih saja terlihat menarik, sampai hari ini. 
Pun aku, sudah berkali-kali menuliskan tentang cinta.
Semalam tadi, aku kembali tertarik untuk berpendapat tentang cinta. 

Kenapa cinta? Bagaimana cinta? Siapa itu cinta? Untuk apa cinta? Bisakah kita gantikan cinta dengan tai kucing atau sampah busuk? Oh tidak, itu terlalu kasar. Bagaimana kalau dengan roti, anggur, atau sebuah apel? Tidak pas juga. 

Sampai pagi, tak kutemukan diksi yang pas. Sampai pagi, tak bisa lagi kurangkai kalimat manis atau melankolik. Metakognisi ku tak lagi sepandai dulu dalam merumuskan jawaban atas pertanyaan, “apa itu cinta?” 

Ah sudahlah, semenjak patah hati.  Bagiku cinta hanyalah hal abstrak yang tak pernah pasti. Ia bisa menjadi apapun, datang dan pergi kapanpun, tak jelas warnanya. Jadi, tak usahlah terlalu berpikir tentang cinta. Ia kadang semakin rumit jika terlalu dipikirkan. 

Mungkin, kita harus sudah mulai sederhana dalam berpikir tentang cinta. Agar tak kembali larut dalam lintasannya yang entah berujung dimana, kapan, dan dengan siapa.

#sebuah epilog, 15-11-2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar