Sabtu, 03 September 2016

Perempuan dan Pendidikan

Pendidikan perempuan harus baik. Saya pake istilah ‘baik’ ya, bukan ‘tinggi’, karena kalau saya pake istilah pendidikan tinggi, orang bakal langsung mikir perempuan harus kuliah, harus sarjana, harus master, de el el embel-embel lainnya.

Ada panggilan dari dalam diri untuk share personal opinion saya disini tentang perempuan dan pendidikan yang kadang langsung serta merta diasosiasikan dengan SEKOLAH, padahal pendidikan itu pengertiannya tidak sesempit gedung dan kurikulum yang ada di sekolah.

Banyak pendapat, opini, pemikiran, pandangan yang nampaknya perlu diklarifikasi, semisal:
  • ·         Zaman sekarang perempuan harus sekolah tinggi, biar bisa dapet kerja enak, mapan finansial.
  • ·         Zaman sekarang perempuan harus mandiri, biar nggak bergantung sama laki-laki.
  • ·         Perempuan berhak bebas, kalo punya penghasilan tinggi.
  • ·         Sayang ya sekolah tinggi hanya jadi ibu rumah tangga, ujung-ujungnya ke dapur mah gak usah sekolah keleus.
  • ·         Ibu rumah tangga dipandang “pengangguran” dan tidak bernilai ekonomis dalam rumah tangga.
  • ·         De el el.. silahkan isi sendiri hehe..

Well.. semua pendapat di atas tidak sepenuhnya salah, tapi tidak sepenuhnya benar. Saya setuju kalau perempuan sebaiknya sekolah setinggi-tingginya, tapi bukan semata untuk penghasilan, apalagi melepaskan kebergantungan pada pria sepenuhnya.

Alangkah bijaksana ketika sekolah tinggi yang berujung perolehan gelar akademik justru bisa meningkatkan martabat perempuan itu sendiri. Kenapa saya bilang martabat? Karena perempuan bermartabat itu tidak pernah menggunakan satu sisi dirinya untuk melemahkan sisi dirinya yang lain.
Sisi pertama, perempuan memiliki kebutuhan aktualisasi diri, semisal: mengembangkan diri di dunia bisnis, memiliki jaringan sosial, memperoleh pendapatan, memiliki komunitas berbagi, bekerja di dunia pendidikan, bekerja di perusahaan sesuai bidang minatnya.

Sisi lainnya, perempuan memiliki fitrah sebagai makhluk yang wajib menjaga kemuliaanya, seperti: menjaga kehormatan, mematuhi etika pergaulan, menjadi istri yang taat sama suami, menjadi ibu yang memastikan anak-anaknya tumbuh berkembang dengan baik, taat pada aturan Tuhan.

Pendidikan tinggi bukan lisensi untuk melanggar sisi fitrah dari perempuan itu sendiri. Apalagi untuk muslimah, kita tidak diajarkan untuk melepaskan kebergantungan pada laki-laki (a.k.a ayah dan suami). Dan sama sekali tidak diaajarkan untuk menuhankan kebebasan.

Prihatin sekali kan ketika ada perempuan dengan pendidikan tinggi berperilaku bebas tak berbatas, merasa mandiri jadi tidak menghargai aturan sosial, merasa mapan menjadi mudah menentang aturan pernikahan, merasa mampu membayar mahal pengasuh akhirnya menyerahkan pengasuhan anak sepenuhnya pada pengasuh, dan melegalkan diri untuk tidak harus melayani keluarga dengan baik.

"Tapi ada kok mbak yang pendidikan rendah juga kelakukannya begitu."

Nah makanya saya bilang di awal, yang saya maksud adalah perempuan harus memiliki pendidikan yang BAIK, tinggi rendah bukan lagi jadi ukuran.

Ada beberapa perempuan yang tidak mengenyam pendidikan tinggi tapi memiliki pendidikan yang baik. Dia mampu menjadi istri dan ibu yang mengurus rumah tangga dengan baik, membantu mencari penghasilan tambahan tanpa terpaksa, dan memiliki rasa ingin belajar hal-hal baru. Wanita ini bukan sarjana apalagi master.

Ada juga [banyak] perempuan yang saya kenal berpendidikan tinggi, bahkan lulusan universitas ternama di negeri ini yang menunjukkan pendidikan tinggi nya berhasil meng-upgrade kebaikan diri. Meskipun memiliki pendidikan tinggi, tetap semangat belajar menjadi istri yang patuh pada suami, tidak congkak meskipun pendapatan di atas gaji suami, merawat anak-anaknya dengan baik, bahkan mampu berbagi dengan sesamanya.

Nah lho, pada akhirnya tinggi rendah menjadi kurang penting, karena yang jadi penting bagi perempuan adalah pendidikan yang BAIK. Pendidikan yang terus mendorong perempuan belajar mengembangkan potensinya tanpa mematikan fitrahnya, apapun statusnya – bekerja, ibu rumah tangga, maupun keduanya.

Lalu, apa pentingnya pendidikan yang BAIK itu? (Baca: Pendidikan BAIK bagi Kaum Hawa)


pict-source: google.com


- on my desk, 03-09-2016.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar