Tanggal 18-20 Agustus lalu saya
dapet rezeki untuk berangkat ke Bandung. Sayangnya bukan untuk lanjut mudik ke kampung
halaman (a.k.a. Tasikmalaya), tapi untuk menghadiri acara Seminar Bantuan
Penelitian dan Publikasi Ilmiah yang diadakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi
Islam Kemenag.
Saya hadir sebagai salah satu
nominator penerima bantuan dana penelitian. Jadi, dateng kesana bukan untuk
piknik leha-leha, tapi untuk memperesentasikan proposal penelitian yang saya
ajukan beberapa bulan sebelumnya. Sebenernya agak nggak PD sih dengan proposal
yang saya buat, karena genre yang nggak masuk kategori Islamic Studies.
Tapi ya dicoba aja, karena memang background keilmuan dan pendidikan saya
berada di ranah pendidikan umum. Alhamdulillahnya lolos juga jadi nominasi,
semoga jebol juga di tahap ini ya, mohon doa ya pemirsa yang budiman :D
**
Oke, lets begin the journey..
Saya berangkat Pkl. 04.00, yes,
sebelum subuh kami berdua dengan teman dosen berangkat menuju Bandara SSQ II di
Pekanbaru. Kok sesubuh itu berangkat? Gimana lagi, we have no choice karena
jarak tempat tinggal kami dengan bandara lumayan jauh, jarak tempuh perlu waktu
sekitar 3-4 jam. Selain itu jadwal penerbangan Pekanbaru – Bandung hanya 2 kali
sehari, dan jadwal yang kami pilih itu sudah jadwal yang paling siang, haha..
Sesampainya di Bandung, kami
disambut oleh keramahtamahan pegawai Hotel Travello siapa tau diendorse nginep
gratis gitu, saya sebut brand hahaha.. koper temen saya dibawain sama si aa-aa
ganteng (semoga suami saya nggak salah paham #apasih ). Setelah itu kami
diarahkan untuk makan siang. Kami belum bisa melakukan check-in kamar. Alasannya karena panitia dari DIKTIS Kemenag belum sampe hotel.
Hmfh!
Setelah makan siang, kami masih
belum bisa check in. Dan baru di Pkl. 14.00 kami dipersilakan melakukan
registrasi di meja panitia. Dan diarahkan untuk lanjut ke meeting room di
lantai 2. Ya, kami masih belum bisa masuk kamar. Kelelahan, pasti. Karena untuk
peserta yang berasal dari luar Bandung pasti sudah menempuh perjalanan panjang.
Peserta dari Halmahera bahkan sudah lebih dari seharian di jalan.
**
Ajaibnya, dalam kondisi lelah
sekali, ruangan kembali berenergi karena di meeting room kami disajikan materi
dari seorang profesor yang keren pake banget!
Yeay, belajar lagiiiiii....
Bye bye capek, bye bye lelah..
**
Materi yang dibawakan oleh
profesor tersebut berat sebenernya, tapi kok sampenya enak aja gitu ya. Bicara
riset seperti sedang minum teh hangat sama pisang goreng di perkebunan teh
#eaaa
Prof. Fuada Jabali in action |
Oyaa lupa ngenalin beliau. Beliau
adalah Prof. Fuad Jabali, guru besar di UIN Jakarta. Beliau menempuh studi
magister dan doktornya di luar negeri. So eye catchy, karena beliau memakai
jaket casual + celana longgar + sepatu slip on. Belakangan setelah acara
selesai menjelang magrib, terlihat beliau menggunakan backpack dari bahan
kanvas, so casual. santai banget. Honestly, cukup langka sih profesor pake
outfit model begini, hehe.. and i do like it. Nggak kaku, nggak gimana gitu yaa
#apasiihmaksudmuyul??!
Dari dialek bicara, kita bisa
langsung tahu, bahwa beliau keturunan sunda asli. Lokal punya, tapi mindsetnya
udah global! Dan ternyata bener, beliau putra daerah Jawa Barat. Yeay sesama USA (Urang Sunda Asli) :D
**
Dari sekian banyak pemaparan
beliau, berikut ini yang melekat di kepala saya. Hal-hal yang memang sangat
harus kita renungkan.
- · Indonesia sedang berupaya untuk menyuarakan Islam Nusantara. Kajian keislaman butuh referensi lain selain islam timur tengah. Faktanya, hal ini belum bisa dicapai, karena Indonesia baru terkenal sebagai negara dengan penduduk mayoritas islam. So what? Sudah sesignifikan apa kontribusi si mayoritas ini untuk kemajuan negeri? Sebagai muslim saya kesindir abis. saya udah ngapaiiin aja? #Jleebbb!
- Betul bahwa Indonesia memiliki kekayaan luar biasa, ditambah dengan label penduduknya yang mayoritas islam, tapi kita masih perlu hal yang ‘menjelaskan’ kehebatan yang kita punya ini pada dunia. Bukan jadi 'jago kandang'. Salah satu upaya yang bisa ditempuh adalah melalui riset, riset, dan riset!
- Sudah saatnya Indonesia dikenal sebagai mayoritas islam yang berdaya GLOBAL! Tidak hanya sibuk mengelu-elukan satu golongan tertentu. Terbebas dari nafas fanatisme yang memblock imajinasi keilmuan.
·
Dalam sesi shortcourse yang
beliau bawakan, kami didorong untuk bisa membuahkan riset yang tidak lokal,
tidak subjektif, juga tidak terkenal, haha..
Sontak banyak
yang tersindir. Dan rasanya ingin pulang saja tidak ingin melanjutkan
presentasi, HAHAHA...
Tapii saya memilih berani, berani belajar, dan berdoa
semoga reviewer proposal saya adalah beliau. Lanjutan ceritanya ada di tulisan
saya yang bertajuk bedah proposal riset, belajar lagi, belajar terus..
aaminn..semoga jebol.... ya..,
BalasHapusaaminn yra. semogaaa... fighting ^^)9
Hapus