Rabu, 03 Agustus 2016

Alea.

Alea tidak lupa masa lalu nya. Rumah baginya adalah neraka. Orang tua serupa dua nama yang memang tidak bisa dia ubah dalam sekumpulan dokumen akta kelahiran dan rentetan ijazah pendidikannya. Tidak lebih dari itu. Alea tumbuh dalam kesendirian, begitu bebas menggambarkan dunianya, menjalani hidupnya, menari di atas panggungnya, juga begitu lihai menyembunyikan luka.

Alea punya mimpi besar. Sayangnya, mimpinya tak sebesarnya bongkahan luka di dadanya.
Luka: kesakitan yang belum selesai, memuncak di masa remajanya,  yang ia peluk dalam diam, yang ia ratapi dalam jelaga malam, yang menganga kala sendiri, dan tak pernah sembuh. 

**
malam tadi ia menggigil kedinginan. memanggil-manggil kebencian dalam sesak. luka itu meradang, ia nampak tak sanggup lagi. 

ia menatap langit-langit kamar serupa adegan yang tak henti menghantam dan mengoyak jiwanya. 

lirih menangis, matanya memejam harapan, 

"Tuhan, teman-temanku menyebutnya malaikat tanpa sayap. tapi bagiku ia serupa peri jahat berwajah rupawan. Tuhan, mengapa kau takdirkan kesendirian ini padaku, sedang kau tahu betapa tak bisa aku menelan kesepian demi kesepian terus menerus seperti ini. 

Tuhan, boleh aku marah? tidak padamu, karena kau terlalu suci untukku lempar hitamnya amarahku.

Biarkan aku marah padanya, peri jahat itu. mengapa dia membiarkan aku hidup saat dia tidak bisa menemaniku mengarungi gelombang hidup yang tak bisa kuhadapi sendirian, yang tak selesai memarahiku hanya karena aku tidak sempurna, yang terus merasa berhak mengatur hidup yang sudah ia abaikan sedari dulu, yang terus mencari alasan untuk menyematkan sayap-sayap malaikat di punggungnya, yang terus membuatku harus jadi orang lain, yang selalu mencaci ketulusan.

Iya, dia yang seperti itu. Dia yang kau biarkan begitu. Luka ini tak bisa lagi aku tahan. Sudah terlalu dalam, takzim menggerogoti sisa-sisa kepercayaan dan cinta yang aku jaga. 

Tuhan, kini aku kalah. Izinkan aku hancur dalam diam. Dia mungkin tak percaya, sudah hilang kekuatan untuk tidak membencinya."

**

Ah, Alea. benarlah ia hancur dalam kegelapan, memeluk luka menganga. Pucat pasi hatinya, tak ada lagi cinta tersisa. 


Bumi Lancang Kuning, 03082016




Tidak ada komentar:

Posting Komentar