tulisan ini bakal serada serius ni. #pasangkacamataminus
Well, profesi saya mengharuskan saya berhubungan dengan manusia dalam konteks pendidikan. Pendidikan bukan barang sepele yang bisa kita sejajarkan dengan bidang lain yang lebih bersifat transaksional. Haram hukumnya ketika berbicara untung rugi di bidang ini. Aktifitas-aktifitas di dalam setting pendidikan tentu perlu perencanaan, pelaksanaan, dan penghayatan yang serius.
Jadi, sangat memprihatinkan kalau masih ada yang berpikir bahwa pendidikan hanya sebatas sekolah, mengajar, pengajar, dan siswa.
**
ingat kasus mahasiswa yang membunuh dosennya di toilet sebuah kampus?
atau kasus orang tua yang melaporkan guru ke polisi karena anaknya diingatkan untuk shalat dhuha?
ada lagi kasus pemukulan oleh orang tua siswa terhadap seorang guru?
dan atau pernah mendapati perlakukan 'tidak sopan' dari peserta didik?
kasus pelecehan terhadap kaum pendidik mudah sekali ter-blow-up di era digital sekarang ini.
bukan satu dua, tapi banyak guru dan atau dosen yang men-share artikel-artikel kasus tersebut di beranda sosial medianya.
percayalah, tindakan men-share tersebut dilatarbelakangi oleh keresahan, kesamaan rasa, dan ada pertanyaan di balik semua artikel itu: "ada apa dengan anak-anakku di zaman ini? seakan kami pendidik tidak lagi berwibawa di mata mereka"
**
lantas apakah guru/dosen itu gila hormat? saya bisa pastikan jawabannya TIDAK.
kami tidak perlu penghormatan.
jauh di dasar hati kami sudah tertanam, bahwa apa-apa yang terjadi pada anak didik kami adalah wujud dari sukses atau gagalnya aktifitas pendidikan yang kami emban.
dan harus kami (para pendidik) akui bahwa kami masih belum berhasil.
**
masih banyak anak didik yang berani berbicara kasar pada pendidiknya,
masih banyak anak didik yang semena-mena tidak menghormati pendidiknya,
tidak sedikit anak didik blas tidak tahu sopan santun saat menghubungi pendidiknya.
ditambah lagi para orang tua yang tidak mau tahu saat anak mereka harus melalui proses pendidikan yang dipilih oleh para pendidik. mudah mengecam. mudah menghakimi. terlalu banyak menuntut, hingga lupa untuk menjadi pendidik di rumah ketika anak-anaknya tidak berseragam sekolah.
**
anak-anakku, jadilah generasi yang hormat pada siapapun guru mu. bukan karena guru mu lebih tua atau pun lebih pintar, tapi karena kesungguhan ia menghadirkan dirinya untuk menanamkan benih-benih bekal hidup di masa depanmu kelak.
perlakukanlah dengan layak, siapapun gurumu. kamu boleh berpendapat ataupun berargumen, tapi lakukanlah dengan cara yang santun. sekali lagi, setidaknya lakukan karena kesungguhan ia menghadirkan dirinya untuk menanamkan benih-benih bekal hidup di masa depanmu kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar