Hallo, mak :D
meskipun udah suami istri, menikah sudah bertahun-tahun kadang ada aja ya kesulitan komunikasi sama pasangan. Semisal lagi pengen sesuatu, tapi
bingung pas minta duitnya; pengen pergi kemana gitu tapi bingung minta izinnya; atau bingung gimana ngobrolnya pas lagi ada kegundahan keresahan melanda jiwa #tsaaaah
:D
Sayangnya faktor dominan kecanggungan ini ada di kita para perempuan ini lho. hayo ngaku! :p
Karena nyatanya penyakit perempuan seantero negeri rata-rata sama: gampang baper tapi susah ngomong, ujung-ujungnya nyanyi:
...karena wanita ingin dimengerti ~
He to the loooo, Helloooo!!
ya iya kali suami kita keturunan Mama L*ren atau Kijokob*do yang ahli cenayang nebak-nebak pikiran kita para wanita ketje #eh.
Stop BAPER! Markibrol – mari kita ngobrol !
"Udah aku ajak ngobrol kok, tapi
suamiku cuek."
"Ah males ngobrol, paling suamiku
nanggepinnya sama ceramah."
Stop BERALASAN ! Markibiri –
mari kita perbaiki diri :D
Naaaah, waktu ngobrol (red. komunikasi) sama si dia
udah merhatiin pasal-pasal ini belum, mak?
Pasal Pemilihan Waktu
Firstly, utama, dan pertama jangan
abaikan pemilihan waktu. Timing menentukan segalanya. Kenali kondisi fisik dan
psikologis suami sebelum ajakan mengobrol dimulai. Apalagi kalau obrolan
bersifat sangat serius, sensitif, dan perlu diskusi panjang.
Hindari ngajak ngobrol hal-hal
serius saat dia baru pulang kerja. Siapapun lelakinya, kalo pulang kerja
inginnya disambut dengan kehangatan senyum istri, salim, nyiapin minum, kayak
di iklan-iklan teh itu lho :D
Setiap orang beda-beda ya, misal
untuk suami yang kerjanya malam sampai pagi, kita bisa pilih waktu siang-sore
hari. Untuk suami yang kerjanya eight to five alias pagi sampe sore, kita
bisa pilih waktu setelah makan malam sambil santai-santai nonton TV.
Nah ini penting, pilih waktu saat
suami sudah dalam keadaan kenyang. Karena kalau suami masih laper dan kita ajak
ngobrol yang berat-berat, kemungkinan besar berakhir dengan SUAMI KELAPERAN,
ISTRI KEBAPERAN, ups!
Secara psikologis, siapapun
termasuk lelaki, kebutuhan mendasarnya dulu yang perlu dipenuhi, kan?!
Biarkan suami rileks dulu, menikmati
hidup sejenak, sebelum kita serang dengan proposal pembelian tas atau sepatu
baru di online shop haha..
Pasal Intonasi
Intonasi bisa diartikan nada
bicara ya, naik turunya suara kita mau nggak mau harus lebih diatur ketika
ingin melakukan obrolan serius (termasuk merayu :D ). Suara khas
cempreng emak-emak yang kita punya sejak orok, mohon untuk agak dihalus-halusin
dikit ya, haha..
Tidak jarang suara bernada tinggi
istri mengundang respon yang tidak diinginkan dari suami. Ingat mak, suami kita
itu raja, udah dari sononya egonya itu tak tertandingi, saatnya sang ratu
menaklukannya dengan intonasi bukan dengan adu ego lagi :)
Usahakan nada bicara kita santun,
tidak teriak-teriak, tidak menghakimi, jelas, tegas, dan persuasif (jangan mau kalah sama tukang
obat di pasar minggu :D )
Pasal Gesture / Blocking
Nah posisi tubuh saat ngobrol ini
juga jangan dianggap sepele lho, mak.
Usahakan posisinya senyaman
mungkin, kalau bisa samping-sampingan ngobrolnya tapi kitanya agak nyerong ke
arah suami (kebayang nggak sih? Harus! wkwk ),
gak usah keliatan tegang, sesekali
tunjukkin gerak manja (kan udah halal :p), dan terlihat antusias ketika
bercerita.
Sampaikan lewat gerak tubuh kalo apa yang kita sampein ke suami ini
penting banget untuk khalayak perumahtanggaan, sekalipun yang kita minta
hanyalah tambahan budget untuk beli kuota internet hahaha #emakLebay!
Susunan kalimat
Beuhh! pake susun-susun segala. Eh
iya donk, bukan UUD ’45 aja yang perlu pembukaan, komunikasi suami istri juga
kudu pake pembukaan. Inget, kalo mau masuk rumah orang, ketok pintu dulu jangan
nyelonong masuk ! *hubungannya apppaaahh??!!
Minimal apa yang kita omongin itu
tersusun dari poin-poin ini ya mak:
- Minta waktu untuk ngobrol, jangan ujug-ujug
- Poin utama
- Kenapa poin utama harus disetujui suami
- Apa ruginya kalo nggak disetujui
- nanya pendapat suami, jangan langsung nembak dengan pertanyaan boleh apa nggak.
Ah, kalo udah
dipraktekin mah nggak. Apalagi kalo udah kebiasa. Suami ketagihan ngasih bonus
uang belanja, lho!
Pasal para pemeran pendukung
Film bisa jadi lebih asik karena
ada pemeran pendukung. Kalo dalam obrolan, apalagi obrolan serius, pemeran
pendukungnya apaan emang? Parfum, suhu, warna baju, riasan wajah, dan bebas
polusi.
Kitanya usahakan wangi, ngobrol
di tempat yang nyaman nggak overheat atau terlalu dingin, riasan wajah oke, dan
nggak berisik atau polusi udara mengganggu.
Kalo perlu siapin makanan
kesukaan suami sebelum mulai obrolan #jurusandalan!
Dan pemeran pendukung yang
ngalahin pemeran utama: DOA.
Berdoalah sebelum kita para
emak-emak ngajakin ngobrol suami, merayu suami, atau minta uang belanja
tambahan. *salam!
**
Hmmm, untuk yang tambah bingung
setelah baca artikelnya, niii deh aku kasih ilustrasi, biar bisa bayangin apa
yang aku maksud dari awal tulisan ini berdiri haha..
Misal gini, aku mau ngasih tahu
kalo aku pengen ikutan arisan. Otomatis si arisan ini perlu budget donk? Nah,
belum tentu suami ngizinin kan? Tapi kita merasa perlu ikut arisan. Gimana tuh
ngomongnya?
Opsi 1:
“Sayang aku ikut arisan ya, malu
kalo nggak ikutan.”
Opsi 2:
“Pah, mama harus ikut arisan.
Kalo perlu duit kan gampang, itung-itung nabung.
Atau
Opsi 3:
“sayang, ada yang mau aku
omongin, tapi nanti deh nunggu kamu ilang capeknya.” (sambil senyam senyum ala
ala )
Ada dua kmungkinan respon suami,
mengiyakan saat itu juga, atau dia beneran nyuruh kita nunggu.
Nah kalo keliatan udah ready,
baru kita lanjut lagi.
“gini sayang, tadi kan ada Bu
Mawar dateng kesini. Terus ngajakin aku arisan gitu. Aku kan nggak kepikiran ya
ikut-ikutan arisan gitu, ngabisin uang. Tapiiii tadi aku dijelasin gitu
keuntungan-keuntungan ikut arisan. Katanya bisa diatur kita menangnya kapan,
jadi itung-itung nabung untuk keperluan mendadak dan silaturahmi sama
orang-orang komplek juga kan ya. Gimana menurut kamu?”
**
Opsi mana yang lebih ngenakin
kalo kita ada di posisi suami? You choose!
**
In my humble opinion, tipe lelaki itu beda-beda.
Karakter mereka beda-beda, punya keunikan sendiri-sendiri. Tapi percaya deh,
semua lelaki itu punya kebutuhan untuk dinomorsatukan, dilayani, dimintai
pendapat, dan diposisikan sebagai kepala. Jadi, mari jadi ratu yang bisa
membuat si raja memenuhi segala keinginannya
#gubrak! hahahaha..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar