Senin, 29 Oktober 2012

kontemplasi basi

sudah pukul setengah dua pagi. pena ilmiahku kembali tak berfungsi. cecoret rasa saja yang mewujud di benak malam.

**

tetiba ingin merebahkan mimpi, menyimpannya sejenak. lelah dan tengah jengah berlari. ingin menikmati tarian bebas tanpa tuntutan apapun, bolehkah?

**

ini bukan malam pertamakalinya mimpiku mematung tak bernyawa. patah hati dan nyaris putus asa membuat langkah seakan kembali tak bermakna. namun tetap saja asing. tetap bak episode baru yang menunjukkan ketidakterampilanku menggenggam kendali untuk tetap berlari.
**

perkara salah dan benar, membebani rongga-rongga kognisi. aku seakan mengharamkan gelak tawa, riang nyanyian, dan indah tarian. mimpi memiliki terjemahan yang membingungkan. lalu apa sebenarnya mimpi itu? haruskah selelah ini? atau jangan-jangan aku pun tak benar-benar tahu tentang mimpi?

**

Ah, lagi-lagi kontemplasi basi yang hanya menambahkan rentetan tanya tak berkesudahan. 

**
malam sudah terlalu larut dan mengantuk untuk menjawab semua tanya busuk di benakku. malam telah nyaris menyerah pada gelap. sedang aku kembali ditinggalkan dengan arogan. menepis semua silogisme tak bernalar yang kuciptakan.

**
entahlah, mungkin aku hanya lelah.  aku sedang tak menikmati berlari.

(Relung pekat, 30 Oktober 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar