Dia mulai banyak bertanya. Ya,
akhir-akhir ini dia begitu sering mempertanyakan hidupnya. Di perjalanannya
menuju istana nyata akan mimpi-mimpinya, dia bertemu dengan macam-macam
manusia. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang sok tahu dan hanya ingin
tahu. Dia memang sangat pandai menyembunyikan hidup yang memusingkan. Kepandaiannya menjadikan ia sering dipuja. Tapi yang memuja, tak kenal dia sama
sekali nyatanya, haha..!
**
Pertanyaan-pertanyaan yang ia
lontarkan kadang nampak skeptis dan tak penting sama sekali. Ia masih saja
bertanya, “adakah orang yang benar-benar menyayangiku?” jawabannya ya jelas
ADA!
Meskipun sebenarnya memang sulit untuk membedakan sayang dengan kasihan
atau hanya sekedar kagum. Sampai saat ini dia memang sangat bodoh membedakan
ketiganya. Itulah dia, manusia keras kepala yang kadang tak kenal kompromi ketololannya.
**
Contohnya hari ini. Dia hanya
bisa berpura-pura merasa nyaman ketika orang yang katanya memujanya, menyayanginya,
sama sekali tak bergeming melihat dia jatuh terkapar. Dia, lagi-lagi kecewa. Ketololannya
sendiri yang membuat dia kecewa.
**
Lagi-lagi hidup memaksanya
mengerti kesinisan yang nampak masih saja setia. sedihkah dia? Ya, dia begitu
sedih. Tapi dia tak akan menangis. Dia tak mau menangis lagi. Yang dia inginkan
hanyalah terus bertahan, tanpa dikasihani, oleh siapapun.
**
Dia ingin sekali melumpuhkan
kesinisan hidup yang begitu setia. Dia hanya ingin memenangkan peperangan. Begitu katanya, sembari menyembunyikan raut
cemas yang berat. Ya, begitulah dia. Dia si keras kepala yang kadang terlampau
yakin.
(Hari di september yang hujan, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar