Senin, 22 Oktober 2012

Secarik kerelaan


Begitu sederhananya kau datang, mungkin sesederhana itu juga kau akan pergi, Sayang.
Di sisi duniamu, aku terus menerka. Mengimajinasi citra rasa di lakumu.

Sayang, mungkin aku telah banyak menerima. Kini saatnya aku memberi. Tapi jika sebelum itu terjadi akan ada sebuah kepergian, aku relakan. Demi tulus dan sederhana yang tak mampu lagi kau jaga. 
Aku terima, sayang.
Mungkin telah salah aku menerka. Mungkin telah lupa aku menerima. Mungkin terlalu menyiksa laku yang kubuat.

Sayang, demi apapun yang kau rasa. Aku sungguh sayang kamu. 

Semoga kau masih sempat melawat  rindu yang tak pernah usai di rumahku, rumahmu kala itu.

(Pijakan asa, 15 Mei 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar