Dia dan sakit hatinya hari ini ~
Sakitnya memang luar biasa. Tapi tentang
sakit, dia sudah mulai terbiasa. Dia tak ingin berlebihan mendefinisikan rasa
sakit. Dia tak bisa menghindar dari merasa sakit sampai kedalaman yang entah
seberapa dalam, sangat dalam.
**
Inginnya dia menangis sepanjang
hari, sepanjang malam. Tapi lagi-lagi dia tak mau terlihat sakit. Dia hanya
ingin menikmati lukanya sendirian. Menikmati sudut-sudut harapan yang tersisa
sebagai kenangan yang tak ingin kembali ia genggam.
**
Patahan-patahan rasa yang membuat
ia kerap kali meringis, memaksa dia harus seolah tak tahu. Dia memang terlalu
keras kepala. Dia lebih memilih tertawa. Dan tanpa dia sadari tawa yang dia
suarakan malah membuat patahan rasa sakitnya semakin berantakan, berserakan.
**
Hari ini dia benar-benar ingin
berserah pada semua sayatan yang serupa bertubi-bertubi di bayang nadinya. Dia telah
kalah.
**
Lihatlah. Begitu khusyu dia
menatap puing-puing deritanya. Berterbangan imajinasi-imajinasi indah tentang
cita cintanya kini hanya serupa abu tak berguna. Sesekali dia berusaha
merapikannya, satu per satu, ada yang disimpan, ada juga yang ia buang. Dia buang
jauh, dengan sejuta ratapan kerinduan yang tersisa atas kekalahannya. Dia ingin
merapikannya dengan benar. Bukan lagi menyembunyikan, tapi benar-benar
menyingkirkan semua yang tersisa dan terserak di ruang hatinya.
**
Dia benar-benar telah terhujam
sakit, yang terlalu dalam. Dia benar-benar sakit. Dengan tertatih, ia mencoba
menata ruang yang baru, dengan benar.
Dia kini telah pasrah atas semua
yang akan terjadi. Dia pasrah dan hanya bisa menunggu sebongkah cerah yang
mengindahkan nyata atas setiap sudut jelaganya.
(di sebuah perjalanan, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar