Senin, 29 Oktober 2012

tarian pena tentang dia #3


Dia dan sakit hatinya hari ini ~

Sakitnya memang luar biasa. Tapi tentang sakit, dia sudah mulai terbiasa. Dia tak ingin berlebihan mendefinisikan rasa sakit. Dia tak bisa menghindar dari merasa sakit sampai kedalaman yang entah seberapa dalam, sangat dalam.

**

Inginnya dia menangis sepanjang hari, sepanjang malam. Tapi lagi-lagi dia tak mau terlihat sakit. Dia hanya ingin menikmati lukanya sendirian. Menikmati sudut-sudut harapan yang tersisa sebagai kenangan yang tak ingin kembali ia genggam. 

**

Patahan-patahan rasa yang membuat ia kerap kali meringis, memaksa dia harus seolah tak tahu. Dia memang terlalu keras kepala. Dia lebih memilih tertawa. Dan tanpa dia sadari tawa yang dia suarakan malah membuat patahan rasa sakitnya semakin berantakan, berserakan.

**

Hari ini dia benar-benar ingin berserah pada semua sayatan yang serupa bertubi-bertubi di bayang nadinya. Dia telah kalah. 

**
Lihatlah. Begitu khusyu dia menatap puing-puing deritanya. Berterbangan imajinasi-imajinasi indah tentang cita cintanya kini hanya serupa abu tak berguna. Sesekali dia berusaha merapikannya, satu per satu, ada yang disimpan, ada juga yang ia buang. Dia buang jauh, dengan sejuta ratapan kerinduan yang tersisa atas kekalahannya. Dia ingin merapikannya dengan benar. Bukan lagi menyembunyikan, tapi benar-benar menyingkirkan semua yang tersisa dan terserak di ruang hatinya. 

**

Dia benar-benar telah terhujam sakit, yang terlalu dalam. Dia benar-benar sakit. Dengan tertatih, ia mencoba menata ruang yang baru, dengan benar.
Dia kini telah pasrah atas semua yang akan terjadi. Dia pasrah dan hanya bisa menunggu sebongkah cerah yang mengindahkan nyata atas setiap sudut jelaganya.


(di sebuah perjalanan, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar