Kamis, 18 Oktober 2012

Tarian pena tentang dia


Ini tentang catatan manusia kecil yang ingin benar-benar hidup dalam kehidupannya.
**
Ia kerapkali ingin bertemu Tuhan yang katanya mampu mengubah bencana jadi bahagia, sukma menjadi tak bernyawa, atau  mewujudkan hal mustahil lainnya.  Bukan untuk membuktikan atau meminta Tuhan beratraksi di hadapannya. Ia hanya iangin dipeluk-Nya. Ia hanya ingin benar-benar dipeluk kasih sayang yang tidak pernah berkhianat dan tak sedikitpun memiliki romansa luka.
**
Ia yang kadang bingung harus mamilih jalan mana, arah mana, dan tempat mana yang akan memberinya sinar tak berkesudahan.
Ia lemah? Tidak. Ia tidak pernah mau dikatakan lemah meski beribu-ribu patah telah ia saksikan sendiri kala bercermin. Tak pernah sekalipun ia bersedia untuk merengkuh kalah apalagi menyerah. Meski dinyana dia telah menghujam kakinya di atas pijakan tajam berduri sekalipun.
Sesekali, tidak, seringkali bahkan. Dia tidak mampu manahan arus deras air mata murka, air mata sesal, kesal, bahkan air mata cinta penuh romansa. Dia benar-benar sering sekali menangis, bahkan sampai tersedu sedan.  
**
Hidup yang ia cari entah apa. Entah kehidupan yang bagaimana. Selama ini, hidup yang ia saksikan terlampau konyol untuk dibanggakan, terlampau konyol! Dia tak selalu tahu bagaimana cara terbijaksana menertawakan hidupnya. Kadang ia hanya lepas terbahak tanpa tahu bagian mana yang benar-benar lucu. Tidak jarang, ia tertawa ketika ia hampir terbunuh. Ya, sejak kecil ia diajarkan tertawa menertawakan apapun yang ia saksikan. Katanya, tertawa lebih membanggakan dan membahagiakan daripada ditertawakan. Haha..!
**
Heii. Satu lagi.
Ia begitu sering tertawa. Bahkan dalam tangisnya. Ia ingin hidup, benar-benar hidup, tak konyol lagi, tak konyol lagi.
Tapi dia tahu apa tentang hidup? Pada kenyataannya, dia tidak tidak tahu apa-apa.
Tidak ada yang dia tahu selalin kekonyolan-kekonyolan yang kian busuk di tong sampah kehidupan.
**
Terlalu banyak cita-cita membuat hidupnya kian konyol. Cita-cita yang akrab dia sebut mimpi. Begitu banyak mimpi yang ia rangkai di sela-sela nafasnya. Mimpi yang penuh angka targt dan deadline busuk.
Satu mimpi terkonyolnya adalah dia ingin menjadi Guru Besar katanya, haha.
Mimpi konyol lainnya itu katanya ia ingin menikah, berkebaya di akad nikah, mengalami kehamilan, memiliki bocah-bocah lucu hasil kolaborasi genetik dengan suaminya. Bagaimana bisa! Tahu tentang semua itupun tidak!
**
Dia terlalu berani bermimpi, sedang yang bisa dia lakukan hanya tertawa, menertawakan kekonyolan hidup dan kehidupan yang begitu sinis dan kian sinis, padanya. 


(Pijakan jelaga tak bernama, 2 September 2012)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar