Ini tentang catatan manusia kecil
yang ingin benar-benar hidup dalam kehidupannya.
**
Ia kerapkali ingin bertemu Tuhan
yang katanya mampu mengubah bencana jadi bahagia, sukma menjadi tak bernyawa,
atau mewujudkan hal mustahil lainnya. Bukan untuk membuktikan atau meminta Tuhan
beratraksi di hadapannya. Ia hanya iangin dipeluk-Nya. Ia hanya ingin
benar-benar dipeluk kasih sayang yang tidak pernah berkhianat dan tak
sedikitpun memiliki romansa luka.
**
Ia yang kadang bingung harus mamilih
jalan mana, arah mana, dan tempat mana yang akan memberinya sinar tak
berkesudahan.
Ia lemah? Tidak. Ia tidak pernah
mau dikatakan lemah meski beribu-ribu patah telah ia saksikan sendiri kala
bercermin. Tak pernah sekalipun ia bersedia untuk merengkuh kalah apalagi
menyerah. Meski dinyana dia telah menghujam kakinya di atas pijakan tajam
berduri sekalipun.
Sesekali, tidak, seringkali
bahkan. Dia tidak mampu manahan arus deras air mata murka, air mata sesal,
kesal, bahkan air mata cinta penuh romansa. Dia benar-benar sering sekali menangis,
bahkan sampai tersedu sedan.
**
Hidup yang ia cari entah apa. Entah
kehidupan yang bagaimana. Selama ini, hidup yang ia saksikan terlampau konyol
untuk dibanggakan, terlampau konyol! Dia tak selalu tahu bagaimana cara
terbijaksana menertawakan hidupnya. Kadang ia hanya lepas terbahak tanpa tahu
bagian mana yang benar-benar lucu. Tidak jarang, ia tertawa ketika ia hampir
terbunuh. Ya, sejak kecil ia diajarkan tertawa menertawakan apapun yang ia
saksikan. Katanya, tertawa lebih membanggakan dan membahagiakan daripada
ditertawakan. Haha..!
**
Heii. Satu lagi.
Ia begitu sering tertawa. Bahkan dalam
tangisnya. Ia ingin hidup, benar-benar hidup, tak konyol lagi, tak konyol lagi.
Tapi dia tahu apa tentang hidup? Pada
kenyataannya, dia tidak tidak tahu apa-apa.
Tidak ada yang dia tahu selalin
kekonyolan-kekonyolan yang kian busuk di tong sampah kehidupan.
**
Terlalu banyak cita-cita membuat
hidupnya kian konyol. Cita-cita yang akrab dia sebut mimpi. Begitu banyak mimpi
yang ia rangkai di sela-sela nafasnya. Mimpi yang penuh angka targt dan
deadline busuk.
Satu mimpi terkonyolnya adalah
dia ingin menjadi Guru Besar katanya, haha.
Mimpi konyol lainnya itu katanya
ia ingin menikah, berkebaya di akad nikah, mengalami kehamilan, memiliki
bocah-bocah lucu hasil kolaborasi genetik dengan suaminya. Bagaimana bisa! Tahu
tentang semua itupun tidak!
**
Dia terlalu berani bermimpi,
sedang yang bisa dia lakukan hanya tertawa, menertawakan kekonyolan hidup dan
kehidupan yang begitu sinis dan kian sinis, padanya.
(Pijakan jelaga tak bernama, 2 September 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar